Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Automotif

Masjid Al ‘Ala di Barabai Diperkirakan Berusia 300 Tahun, Dahulu Markas Pasukan Baratib

Avatar
3961
×

Masjid Al ‘Ala di Barabai Diperkirakan Berusia 300 Tahun, Dahulu Markas Pasukan Baratib

Sebarkan artikel ini
TEMPAT IBADAH – Masjid Al ‘Ala di Barabai, Kabupaten HST. (ramli)
TEMPAT IBADAH – Masjid Al ‘Ala di Barabai, Kabupaten HST. (ramli)

Di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat sebuah masjid tua yang masih berdiri megah. Konon, tempat ibadah umat muslim yang diberi nama Masjid Al ‘Ala ini dibangun pada abad ke 17 atau sudah berusia 300 tahun (3 abad). Dahulu, masjid ini menjadi markas pejuang yang bernama Pasukan Baratib untuk mengusir penjajah, Belanda.

BARABAI, koranbanjar.net – Masjid Al ‘Ala tepat di pertigaan Kampung Pematang, persisnya di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan. Selain dikenal dengan nama Masjid Al ‘Ala juga disebut Masjid Barangkat.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Sebagian masyarakat yang tinggal jauh dari lokasi masjid menyakini setiap tahun, masjid ini selalu bertambah tinggi, sesuai dengan nama Masjid Al ‘Ala yang berarti Tinggi.

Namun bagi masyarakat sekitar, mesjid ini tetap seperti biasa tidak ada yang berubah, apalagi makin tinggi.

Masjid ini berdiri di simpang tiga sungai di kampung yang sangat tua, diperkirakan berdiri pada pertengahan abad ke 17.

Sedangkan sungai yang bercabang dua tersebut bernama Batang Banyu Jatuh yang mengalir menuju Hilir Banua dan cabangnya bernama Sungai Ringsang menuju Kampung Pamatang.

Pembangunan masjid ini juga dibarengi dengan turunnya panji-panji yang dipercayai masyarakat sebagai peninggalan pada zaman dahulu.

Sayangnya saat media ini melakukan penelusuran, Rabu (27/10/2021) sore, panji-panjinya tidak berada di tempat dan disimpan di rumah tetuha masyarakat sekitar masjid. Ketika media ini ingin menemui penyimpan, yang bersangkutan tidak berada di rumah.

Kendati demikian, seorang tokoh masyarakat setempat, Fahrudin menceritakan, panji-panji tersebut berbentuk kain dengan bertulisan kalimat kalam Allah dan umurnya sama seperti umur masjid.

PENINGGALAN – Panji bertuliskan kalam Allah. (foto: ramli)
PENINGGALAN – Panji bertuliskan kalam Allah. (foto: ramli)

“Menurut informasi dari tetuha bahari (orang tua terdahulu, red ) pembina utama adalah Penghulu Muda Yuda Lelana pada awal abad ke 19 . Baliau adalah pimpinan agama di daerah pada masa itu,” katanya.

Ditambahkan, Pembina Utama Penghulu Muda Yuda Lelana juga dikenal sebagai Pimpinan Pasukan Baratib yang mengadakan perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda. Pasukan Baratib maksudnya adalah pasukan rakyat yang selalu berzikir menyebut nama Allah, lebih-lebih pada saat bertempur.

Sebuah pertempuran yang sengit terjadi di anak Kampung Pinangin Desa Banua Batung yang berhasil menewaskan beberapa serdadu Belanda, termasuk di antaranya pimpinan pasukan Belanda Kapten Van der Heide.

Pada saat itu Masjid Al ‘Ala berfungsi sebagai markas pasukan Baratib guna mengatur siasat pertempuran. Panji-panji peninggalan kuno yang bertulisan zikir tersebut telah turut memberi semangat kepatriotan rakyat melawan tentara penjajah Belanda, karena Panji-panji inilah yang dipakai sebagai bendera Pasukan Baratib tersebut.

Sementara itu, Kampung Pamatang yang berada di sebelah Timur, pada waktu dulu dikenal dengan nama Kampung Pematang Paunduran, suatu benteng pertahanan terakhir ketika rakyat mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Pematang Paunduran merupakan istilah Bahasa Daerah Banjar yang berarti Dataran Tempat untuk Mundur yaitu daerah untuk bertahan.(mj-41/sir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh