BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET – Menanggapi aksi pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut, Jawa Barat, pada peringatan Hari Santri Nasional, Senin (22/10) lalu, yang dinilai oleh pelaku pembakarnya, yakni sejumlah oknum dari Banser GP Ansor di Garut, merupakan bendera milik HTI yang organisasinya sudah diilegalkan di Indonesia, mantan Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalsel, Hidayatul Akbar, menyatakan, HTI tidak pernah mengklaim bendera bertuliskan kalimat tauhid tersebut sebagai bendera HTI.
“Kami tidak pernah mengklaim bendera dengan lafaz kalimat thayyibah tersebut adalah bendera HTI,” tegasnya.
Pernyataan ini ia sampaikan langsung dalam wawancaranya kepada koranbanjar.net, di tempat bekam miliknya, Jalan Arjuna, Banjarmasin, Rabu (31/10) kemarin.
Ketika ditanya kenapa HTI selalu menggunakan bendera dengan lafaz tauhid yang dalam bahasa Indonesianya berarti tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah itu, Hidayat menjawab, meski diidentikkan dengan bendera itu, namun bukan berarti bendera tauhid tersebut adalah bendera HTI.
“Kami memang khas menggunakan bendera atau kain yang bertuliskan kalimat tauhid, tetapi bukan berarti itu adalah benderannya HTI. Itu adalah simbol lambang persatuan umat Islam. Kita menjadi beragama Islam karena kalimat itu, bahkan karena kalimat itu jugalah seluruh umat Islam di dunia bersatu,” terangnya.
Mantan aktivis HTI Kalsel ini sangat menyesalkan perbuatan dari sejumlah oknum Banser GP Ansor di Garut itu. Menurutnya, pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang juga digunakan Rasulullah SAW sebagai panji pasukan perangnya itu sama sekali tidak mencerminkan perbuatan dari umat Rasulullah SAW.
Dirinya mengatakan, setiap orang yang menggunakan kalimat tauhid, lalu kemudian disebut HTI, adalah perbuatan yang tidak rasional dan nyeleneh.
“Setiap melihat tulisan lafaz Lailahailallah Muhammadarrasulullah yang terpampang di kain, mobil, rumah atau di mana saja, selalu dikatakan itu benderanya HTI, itu penganut HTI. Padahal sebenarnya itu adalah liwanya Rasulullah (bendera Rasulullah, Red). Makanya ngaji, jangan kemakan dokrin buta!” tandasnya.
Kemudian, ketika ditanya apakah ada kemungkinan penyebab lain sehinngga sejumlah oknum Banser GP Ansor terlihat begitu bersemangat membakar bendera tauhid tersebut, Hidayat mengatakan, selama ini, antara HTI dengan Banser, bahkan dengan organisasi masyarakat (Ormas) Islam lainnya, tidak pernah ada konfrontasi ataupiun kontak fisik.
“Coba aja lihat track recordnya, adakah HTI pernah bentrok atau kontak fisik dengan ormas-ormas Islam, baik Banser ataupun ormas Islam yang lain? Cek aja silahkan. Atau konfirmasi dan tanyakan ke Pimpinan HTI, adakah mereka menyuruh melakukan tindakan penghinaan yang mengarah pada kekerasan. Setahu kita, sama sekali itu tidak ada dan tidak pernah terjadi. Justru yang ada kita yang lebih memilih mengalah dan menjauh tidak melakukan perlawanan demi menghindari bentrok dan perpecahan jika ada yang memancing-mancing amarah dengan menghina atau menghujat HTI,” bebernya.
Dirinya berharap, para pelaku pembakar bendera tauhid itu dapat dengan legowo memohon maaf atas kesalahannya serta menyadari bahwa bendera itu bukan bendera HTI, melainkan bendera kebesaran umat Islam seluruh dunia.
“Kalau perlu bendera tersebut dicium, kemudian menyatakan bersalah dan minta maaf dengan pernyataan tidak bermaksud melecehkan. Dengan begitu, Insya Allah, tidak ada lagi aksi-aksi dan akan lebih membuat adem suasana,” pungkasnya. (al/dny)