Hujan Deras, Air Sungai Martapura Meluap Lagi, Warga Kian Cemas  

Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Sungai Tabuk sehari penuh pada Kamis, (07/01/2021), menyebabkan air Sungai Martapura meluap lagi. Keadaan demikian membuat warga setempat makin cemas, karena banjir tak kunjung reda.

SUNGAI TABUK, koranbanjar.net– Warga yang tinggal di pesisir Sungai Martapura, seperti di Desa Tandipah, Kecamatan Sungai Tabuk semakin cemas. Pasalnya, Kamis (7/01/2021) tadi, wilayah setempat diguyur hujan deras hingga satu hari penuh. Sehingga air Sungai Martapura meluap dan menambah debit air di daratan semakin tinggi.

Menurut warga Desa Tandipah, Kecamatan Sungai Tabuk, dia merasa cemas, karena semula banjir akan reda, kenyataannya air tak kunjung surut. Air Sungai Martapura menyebabkan rumah-rumah penduduk tetap terendam.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/banjir-terparah-di-kabupaten-banjar-tiap-hari-makin-pasang/

“Arus air sangat deras mengalir. Mudah-mudahan kejadian ini tidak berlangsung lama,” ungkapnya.

Sementara itu, banjir yang melanda wilayah Kecamatan Sungai Tabuk juga menyebabkan perekonomian warga Desa Sungai Tabuk Keramat lumpuh total. Warga setempat tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, seperti menghambit (membuat, red) atap daun, membuat bata hingga berjualan kue.

“Kalau di tempat ulun, usaha warga antara lain menghambit atap. Tapi sejak banjir ini, ya tidak bisa lagi. Soalnya rumah maupun jalan di kampung terendam air,” ungkap warga Sungai Tabuk Keramat, Isnawati.

Baca Juga : https://koranbanjar.net/nenek-80-tahun-terjebak-banjir-polres-banjar-turun-tangan/

Padahal, menurut dia, hasil yang diperoleh dari menghambit atap itu tidak seberapa. “Biasanya, upah menghambit atap itu seratus bidang (100 lembar atap) sebesar Rp25.000. Kalau dibagi, per lembar upahnya Rp250. Rata-rata ibu-ibu yang menghambit atap bisa menyelesaikan 3o lembar per hari. Jadi 100 lembar itu baru bisa diselesaikan selama tiga hari,” paparnya.

MAHAMBIT - Usaha warga Desa Sungai Tabuk Keramat.
MAHAMBIT – Usaha warga Desa Sungai Tabuk Keramat.

Tidak berbeda dengan usaha kaum pria di desanya. Rata-rata usaha yang dijalankan warga pria hanya membuat bata bangunan. “Sekarang sudah tidak bisa membikin bata, soalnya gudang-gudang bata mereka terendam semua,” ujarnya.(mj-32/sir)