Dari sebuah rumah kayu samping jembatan tercium bau darah menyengat siang itu di Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Basirih Selatan, RT 24 RW 02.
Oleh: Leon Rahman, Koranbanjar.net
Suasana tak lagi sunyi. Warga berdiri diam dalam bisu, menyaksikan tragedi rumah tangga yang meledak menjadi peristiwa berdarah.
Mahdelana (48), seorang ibu asal Marabahan, Barito Kuala, ditemukan bersimbah darah di rumahnya sendiri, tubuhnya berselimut luka tikaman. Pelakunya bukan orang asing. Ia adalah suami sambungnya sendiri, Samson (50), pria yang dulu ia beri kesempatan kedua dalam hidup.
Motifnya? Cemburu dan Sakit Hati
Kisah ini bukan sekadar berita kriminal. Ia adalah potret betapa rapuhnya jiwa manusia saat cinta berubah menjadi bara dan curiga menjadi senjata.
”Aku Tunggu di Depan Rumah”
Menurut Kapolsek Banjarmasin Selatan, Kompol Christugus Lirens, didampingi Kanit Reskrim Iptu Sudirno, sebelum tragedi ini terjadi, Samson telah lebih dulu menunggu di depan rumah.
Saat Mahdelana pulang bersama anak dan menantunya, ia masuk ke rumah seperti biasa. Tak ada yang menduga, dalam hitungan menit, rumah itu akan menjadi saksi sunyi dari pengkhianatan cinta.
Riska (14) dan Mahmudah (18) —anak-anak Mahdelana—menjadi saksi hidup. Samson memanggil mereka masuk kamar, berdalih ingin berbicara. Namun mereka menolak, setelah mendengar suara cekcok di dalam rumah.
”Belati itu Bicara”
Ketika Mahdelana tengah membereskan cucian, Samson mendekatinya dari belakang. Tangan kanannya mencekik leher, sementara tangan kiri menghunus pisau belati yang diselipkan di pinggang.
Tusukan pertama mengoyak tubuh Mahdelana. Riska dan Mahmudah panik, berusaha melerai. Mereka mendorong Samson hingga terjatuh. Tapi ia bangkit dan menikam lagi. Berkali-kali, tanpa ampun.
Mahmudah pun terkena tusukan, luka robek di perut. Ia kini dirawat intensif di RSUD Ulin Banjarmasin, memperjuangkan hidup sambil menanggung trauma mendalam.
Dari Samson Jadi “Baygon”
Usai menghabisi istri mudanya, Samson kabur. Julukan “Samson Baygon” melekat padanya sejak lama, bukan karena kekuatan, tapi karena sejarah kelamnya yang pernah depresi saat ditinggal istri pertama.
Namun pelariannya tak lama. Tim gabungan Polsek Banjarmasin Selatan, Macan Resta Polresta, hingga Subdit Jatanras Polda Kalsel memburunya tanpa henti. Samson akhirnya diringkus, bersama sebilah belati yang masih berlumur jejak kebrutalan.
Menunggu Keadilan
Kini, Samson mendekam di balik jeruji. Ia dijerat Pasal 340 KUHP junto Pasal 338 tentang pembunuhan berencana, serta Pasal 351 ayat 2 dan 3 KUHP terkait penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian.
Mahdelana telah tiada. Tapi kisahnya harus tetap hidup, sebagai pengingat keras, bahwa cinta tak seharusnya berubah menjadi senjata. Dan bahwa rumah, tempat seharusnya kita merasa aman, jangan sampai menjadi tempat kita menemui ajal. (*)