Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
ReligiTransportasi

Beban Berat Ojek Konvensional, Hingga Tutupnya Warung Lalapan

Avatar
453
×

Beban Berat Ojek Konvensional, Hingga Tutupnya Warung Lalapan

Sebarkan artikel ini

Beban berat yang dihadapi Amat penarik ojek konvensional ini sungguh mengibakan, pemberlakuan PSBB membuat dirinya tidak dapat lagi menarik penumpang.

BANJARMASIN, KoranBanjar.net – Sejak terjadinya penyebaran virus Corona di Kalimantan Selatan, terlebih-lebih di Kota Banjarmasin, hingga diberlakukan beberapa kebijakan pemerintah dari Social Distancing, Physical Distancing, dan baru saja berjalan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

“Semenjak adanya wabah Corona, tidak boleh lagi kami membawa penumpang karena adanya aturan Social Distancing, apalagi diberlakukan PSBB ini, supaya tau aja, dari pagi sampai sore tidak ada tarikan, bagaimana seperti ini,” ungkapnya dengan raut muka yang sedih,”

Kepada KoranBanjar.net, Sabtu (25/4/2020) ketika ditemui di tempat mangkalnya di Pasar Baru Banjarmasin, amat menceritakan, menjadi tukang ojek pangkalan sudah 15 tahun.

Dirinya menjadi satu-satunya tulang punggung di dalam keluarga, ada istri dan dua anak serta orang tuanya yang menjadi tanggungjawabnya memberikan nafkah demi keberlangsungan hidup mereka.

Dengan situasi sekarang, amat yang mengaku pengeluaran 200 ribu per hari ini selain menjadi tukang ojek, dirinya rela banting tenaga menjadi buruh angkut barang di pasar.

“Itu pun kalau ada barangnya datang, kalau tidak ada, cari-cari di jalan kalau ada barang yang diangkut, pokoknya asal ada kerjaan yang bisa menghasilkan uang setiap hari, agar bisa bawa pulang duit untuk beli beras, dan belanja anak-anak, serta lainya,” cerita Amat yang tinggal d Kelayan A Gang Cendrawasih Banjarmasin ini.

Terkait bantuan sembako dari pemerintah Amat berujar, bantuan dalam bentuk apapun tidak pernah ia dapatkan, alasannya, data warga miskin yang dicatat oleh Ketua RT di tempat tinggalnya tidak tepat sasaran.

“Ulun berharap bantuan dari pemerintah betul-betul sampai kepada yang berhak menerima, terus terang selama ini ulun tidak pernah dapat, apalagi situasi seperti ini kami-kami rakyat jelata sangat memerlukan bantuan, bukan cuman sembako, kalau bisa juga ada uang untuk mengganti penghasilan kami dalam satu hari,” keluhnya.

Sementara penjual warung lalapan di Pasar Baru Banjarmasin, yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengaku sebelum diberlakukan PSBB, dirinya sudah tidak tahan meneruskan jualan, sebab omset menurun drastis hingga 75%.

“Karena pembelinya jarang sekali bahkan hampir tidak ada, banyak pengeluaran daripada pemasukan, jangankan cari untung, untuk kembali modal aja tidak ada sama sekali, jadi lebih baik saya tutup,” ungkapnya.

Lelaki yang mengaku sudah puluhan tahun jualan lalapan di Pasar Baru ini, mengharapkan uluran tangan pemerintah dalam meringankan beban hidup mereka.

“Kami berharap wabah ini segera berakhir, tidak ada lagi PSBB, terutama saat ini kami sangat memerlukan bantuan dari pemerintah setempat, sebab betapa sakitnya sekarang kami jualan,” harapnya memelas.(yon)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh