Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Hulu Sungai Utara

Bacalon Kepala Daerah Bermunculan, Pengamat: Demokrasi Banua Sedang Bergairah

Avatar
401
×

Bacalon Kepala Daerah Bermunculan, Pengamat: Demokrasi Banua Sedang Bergairah

Sebarkan artikel ini

BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – “Saya kira banyaknya bermunculan figur-figur yang memiliki kans dalam kontestasi pilkada Gubernur-Wakil Gubernur maupun Wali-Wawali dan Bupati 2021 mendatang justru memberikan nuansa gairah demokrasi yang sangat bagus menuju kematangan demokrasi warga banua. Sebab demokrasi dihadirkan memang untuk membangun kegairahan dan partisipatif dalam menggunakan hak memilih dan dipilih. Maka jika ada aroma isu-isu pembatasan atau komentar mendownkan kandidat lain, justru kita mengarah pada penguatan defisit demokrasi.”

Demikian statemen Pengamat Politik, Dr.Taufik Arbain, MSi yang disampaikan melalui pers release ke redaksi koranbanjar.net, siag tadi.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Dalam seminggu terakhir misalnya ada bermunculan nama-nama untuk bakal menjadi kontestasi Gubernur di luar soal demokrasi, justru memberikan keuntungan bagi para kontestan. Sebab dengan munculnya nama-nama tersebut memungkian adanya strategi (1) mempetakan siapa sesungguhnya lawan utama dalam pilkada, (2) mempetakan siapakah yang lebih tepat mendampingi atau didampingi, (3) mempetakan seberapa besar respon publik atas diri kandidat dan pesaing, (4) mempetakan jaringan apa yang tepat menghadapi lawan, (5) framing dan strategi public opinion maker bagaimana diluncurkan, dan terakhir (6) terpetakan mana pehayaman, pembalantikan dan pembanjuran maandak lukah, dalam istilah Banjar.

Munculnya nama Sultan Khairul Saleh, H Sulaiman Umar, Rosehan NB, Mardhani Maming bahkan Rudy Resnawan adalah putera-putera banua yang memiliki potensi untuk menjadi kans Gubernur Kalimantan Selatan di masa akan datang.

Termasuk kans wakil gubernur Habib Abdurahman, Habib Hamid, H Haris Makie, H Muhidin, Ibnu Sina, Hasnuriyadi, Hasanudin Murad, Aditya Mufti Arifin, maupun Rifki Nizami Karsayuda. Munculnya figur-figur demikian harus kita apresiasi sebagai betapa meriahnya dinamika politik dan demokrasi di banua ini, karena mereka telah menorehkan jejak kepolitikannya di banua ini.

“Munculnya figur-figur tersebut dalam politik, tidak serta-merta vis a vis antara petahana dan penantang, justru memungkinkan terjadinya saling mengisi siapa menjadi Gubernur dan siapa menjadi wakil. Jika hari ini misalkan Paman diisukan akan berdampingan dengan H Muhidin, bisa saja Paman akan berdampingan dengan yang lain tergantung 5 poin yang saya sampaikan sebelumnya. Justru munculnya nama-nama kandidat akan dengan mudah menentukan siapa wakil yang akan turut membantu mendulang suara. Jadi politik itu fleksibel dan soal waktu. Jika pasangan diplot sedari awal tanpa melihat siapa lawan, justru akan kontra produktif,” ungkap pengamat politik dan kebijakan publik FISIP Universitas Lambung Mangkurat ini.

Kita sangat meyakini bahwa Paman Birin sebagai petahana hari ini, sangat berbangga jika muncul calon-calon penantang beliau. Selain menjadi bahan analisis strategi bagi Paman, justru yang utama Paman Birin sebagai Wakil Pemerintah Pusat, Gubernur Kalsel adalah Pembina politik di daerah yang otomatis membuka ruang-ruang demokrasi yang elegan dan bergairah wujud kemampuan beliau dalam membina kondisi politik dengan baik.

“ Jadi kalau ada mengisukan sedari dini, sekali lagi sedari dini Paman Birin melawan Kotak Kosong, justru kontra terhadap sikap arif paman yang selama ini welcome soal persaingan politik, dan malah merugikan Paman karena akan mendorong terbentuknya common enemy terhadap Paman”, ungkap Doktor jebolan Fisipol UGM ini.

Dr Taufik Arbain, M.Si yang juga staf khusus Gubernur bidang Politik, Kebijakan Publik dan Kebudayaan ini lebih jauh menjelaskan dinamika politik saat Pemilu Presiden dan Legislatif dipastikan menjadi indikator pemetaan bagi para analis-analis politik. Tidak linearitasnya kemenangan parpol, ormas-ormas, komunitas penyokong capres-cawapres di Kalsel diperlukan ketajaman dalam membaca peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan.

Aspek kultural, representasi kawasan dan latarbelakang, jaringan, kesiapan finansial, aspek praktek kleintenlesme politik akan mudah melihat berapa figure yang akan menjadi konstestan pada tahapan penetapan calon, bisa 2 paslon atau 3 paslon bahkan cuma 1. Bahkan kondisi Pilkada serentak Provinsi/Kab/Kota menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam taktik kemenangan.

Lalu bagaimana dengan nama H Sulaiman Umar menjadi cawagub Paman sebagaimana pemberitaan selama ini? Saya kira justru nama H Sulaiman Umar dalam pandangan publik masih dianggap dalam simpul jejaring Paman, kondisi ini malah tidak menguntungkan dalam kepentingan Paman. Jika ada pihak mendorong H Sulaiman Umar ke level Provinsi, saya menduga ada agenda pengamanan kepentingan perebutan Tanah Bumbu 1 pada Pilkada 2021, agar tidak berkontestasi dengan H Sulaiman Umar.

“Meskipun sebenarnya feeling saya, H Sulaiman Umar justru memungkinkan menjadi Kuda Hitam didamping Rifki Nizami Karsayuda atau sebaliknya sebagai orang-orang muda progressif, namun itu bisa terjadi jika ada “kejadian luar biasa”, tegas Direktur Survei Banua Meter ini, sembari akan memaparkan kekuatan dan kelemahan masing-masing figur pada kesempatan wawancara mendatang. (sir)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh