HST, KORANBANJAR.NET – Sebanyak 143 meriam karbit dari batang pohon enau atau aren disiapkan panitia acara sejak Rabu (5/6/2019) sore, di Desa Buluan, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Layaknya perang sungguhan, ratusan meriam karbit itu bahkan disusun di tanah lapang saling berhadapan.
Selain itu, sejumlah titik persediaan air berdaya tampung 5 ribu liter air per 1 titik, yang digunakan untuk mencampur karbit sebagai bahan ledak meriam juga tengah disiapkan panitia acara.
Persiapan itu dilakukan menjelang dibunyikan ratusan meriam karbit tersebut pada malam harinya. Festival tradisional ini oleh masyarakat setempat biasanya disebut festival baladuman (bertembakan) meriam karbit atau acara batampur (perang) meriam karbit.
Ketua panitia acara, Arbain, saat ditemui koranbanjar.net di sela persiapan, mengatakan penempatan meriam karbit serta menyiapkan keperluan teknis lainnya tak hanya mereka lakukan 1 hari menjelang acara saja, namun sudah dilakukan sejak 3 hari sebelumnya.
“Hari ini (Rabu 5 Juni) persiapannya lebih maksimal lagi, seperti membuat tempat duduk pemain, tempat penampungan air dan sebagainya. Ini semua dilakukan agar acaranya juga dapat maksimal,” ujarnya.
Pantauan langsung koranbanjar.net, penempatan meriam karbit dan keperluan lainnya sudah dilakukan berdasarkan perhitungan panitia acara. Barisan meriam yang diletakkan berseberangan dengan posisi saling berhadapan harus memiliki jarak 50 meter sampai 75 meter. Sedangkan pada barisan samping antara meriam karbit dipisahkan dengan jarak masing-masing 1 meter sampai 2 meter.
Meski ledakan setiap meriam menimbulkan gelombang bunyi berfrekuensi tinggi, namun festival rutin tahunan ini dianggap sebagian banyak masyarakat HST sudah menjadi tradisi mereka dalam menyambut hari raya Idul Fitri, yang eksistensi tradisinya sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Festival tradisonal yang digelar dengan swadaya masyarakat ini juga memiliki daya tarik yang tinggi bagi banyak masyarakat. Dari tahun ke tahun, pengunjung yang menyaksikan perang meriam karbit ini berdatangan dalam jumlah ribuan. Mereka tak hanya berasal dari dalam wilayah HST saja, namun juga berasal dari berbagai daerah di Kalsel. Di sisi lain, daya tarik masyarakat terhadap tradisi baladuman meriam karbit ini tentu saja memiliki nilai pariwisata dan ekonomi yang tinggi. (mdr/dny)