Webinar Literasi Digital Banjarmasin: Internet Bukan Hanya Sekadar Sosial Media

Webinar Literasi Digital Kota Banjarmasin

Kecakapan digital harus ditingkatkan dalam masyarakat agar mampu menampilkan konten kreatif mendidik yang menyejukkan dan menyerukan perdamaian. Sebab, tantangan di ruang digital semakin besar, seperti konten-konten negatif, kejahatan penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital.

BANJARMASIN, Koranbanjar.net – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital.

Kemenkominfo RI bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara webinar literasi digital “Internet Bukan Hanya Sekedar Sosial Media”, dibuka Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina, Senin (19/7/2021) siang, dipandu moderator Rio Brama.

Kegiatan bertujuan untuk mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks, serta mencegah terpapar dampak negatif penggunaan internet.

Salah satu nara sumber, Malik Atmaja membahas keamanan digital “Kenali dan Pahami Rekam Jejak di Era Digital”. Di era digital sekarang ini berbagai data yang ditinggalkan ketika kita menggunakan sebuah layanan digital ada rekam jejaknya.

“Contohnya nih waktu kita belanja online kita melihat barang apa saja yang sudah kita beli, bahkan kita belinya dengan transaksi apa dengan kartu apa. Apakah dengan debit bank dan lain-lainnya,” ucap Malik.

Seperti halnya kebanyakan orang setelah vaksin akan meupload kartunya, padahal itu menyebutkan NIK KTP, nama lengkap, tempat tanggal lahir, itu sangat bahaya sekali apabilan nantinya ketika ada orang yang memanfaatkan untuk kesehatan.

“Ini yang menjadi tugas kita agar bisa menjaga kerja digital kita agar tetap positif, yang pertama yaitu jejak digital kita. Apakah itu postingan kita tentang privasi, tentang konsumsi publik atau pribadi ataukah ini tentang keamanan akun kita,” terangnya.

Sementara itu, key opinion leader Selviana Yuliani mengangkat budaya digital dengan “How Much is it too much?” Sesuai dengan arahan dari pemerintah untuk kesehatan kita untuk mematikan materinya.

“50 tahun lalu kerja internet pertama kali berkembang dan dalam waktu yang singkat kehidupan manusia sekarang menjadi salah satu alat penting, dalam keseharian kita pekerjaan, pendidikan, pola hidup kita juga banyak dipengaruhi oleh internet,” bebernya.

Beragam aplikasi yang menyajikan informasi yang ada, serta aktivitas yang sekarang belum pernah dirasakan oleh generasi-generasi sebelumnya. Apakah kita yakin saat ini kita merasa lebih dekat dengan satu sama lain atau malah sebaliknya untuk menggunakan internet.

Internet bisa dikatakan untuk memudahkan kehidupan atau sebaliknya, akankah kita membiarkan internet kita sendiri.

“Apakah anda pernah berpikir untuk terus-menerus bermain internet? menggunakan internet lebih lama dari waktu yang ditentukan? menggunakan internet untuk mengalihkan rasa sedih marah dan kecewa untuk menguranginya dan bermain internet namun gagal merasa sedih? gelisah saat berusaha atau mengurangi atau berhenti bermain internet?,” pertanyaanya.

Melalui pertanyaan di atas maka teman-teman itu rentan mengalami kecanduan internet dan hal ini didapatkan dari website dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

“Saya pernah baca berita berita tahun lalu, internet pada remaja itu tinggal 19% dan rata-rata durasi bermain internet yaitu selama 11,6 jam per hari, remaja dewasa meningkat dari 3% menjadi 14,4%, ini peningkatannya mencapai 11%,” terangnya.

Gimana internet ini di depan, supaya semakin bijak nanti, semua bisa memahami efek dari penggunaan internet yang berlebihan tadi.

“Dari berita yang saya angkat, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah denganmu kita sesuaikan dengan satu sama lain yang ada di sekitar kita. Kecanduan internet ditandai dengan penggunaan yang berlebihan dan kurangnya kemampuan dalam pengendalian diri dengan fungsinya sehari-hari,” ungkapnya.

Sering melihat banyak anak-anak bermain internet terutama pada remaja. Internet dapat menjadi dampak negatif yang menentukan, apakah sering mengalami hal kecanduan internet. (koranbanjar.net/and)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *