Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Banjarmasin

Warga Surati MUI Banjarmasin Minta Hentikan Majelis Ini, Bikin Acara Besar Tanpa Koordinasi

Avatar
11636
×

Warga Surati MUI Banjarmasin Minta Hentikan Majelis Ini, Bikin Acara Besar Tanpa Koordinasi

Sebarkan artikel ini
Ketua Komplek Abdi Persada, M Ridha.
Ketua Komplek Abdi Persada, M Ridha.

Warga Jalan Pangeran Hidayatullah, Komplek Abdi Persada, Kota Banjarmasin mengajukan surat kepada MUI Kota Banjarmasin, serta ditembuskan ke Polsek Banjarmasin Timur, meminta agar MUI menghentikan kegiatan Majelis Al Munawaroh yang diasuh KH. Shofwanoor.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Warga komplek mengajukan permintaan kepada MUI Kota Banjarmasin bukan tanpa alasan. Selama ini mereka merasa terganggung, karena Pengasuh Majelis Al Munawaroh sering mengadakan acara besar yang mengundang jamaah banyak, namun tanpa koordinasi dengan Ketua Komplek maupuan Ketua RT setempat.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Hal ini dikemukakan Ketua Komplek Muhammad Ridha kepada media ini saat ditemui di rumahnya, Senin (28/6/2021).

“Daripada bermasalah terus dan bikin ulah dengan warga, kita akhirnya keberatan, dan kami meminta untuk sementara kegiatan majelis ini dihentikan,” ujarnya.

Dijelaskan, keinginan warga untuk menghentikan kegiatan majelis yang berdiri kurang lebih 5 tahun itu, bukan tidak berdasar dan dianggap tidak menyukai kegiatan keagamaan.

Namun ada beberapa kejadian yang menyebabkan warga mulai gelisah dan resah terhadap adab dan tingkah laku Pengasuh Majelis.

Ketua RT M Thamrin
Ketua RT M Thamrin

“Kejadian pertama tahun 2016, beliau tanpa berunding dan memberitahukan kepada kita dan warga, tiba – tiba mengadakan acara haul besar Syekh Samman, akhirnya warga yang berada di dalam komplek sulit lewat, karena saking banyaknya mobil jamaah yang parkir, warga pun mengeluh,”  ceritanya

Atas kejadian itu, warga meminta mediasi kepada pihak kecamatan, kepolisian, dan Babinsa untuk membicarakan keluhan warga terhadap kegiatan majelis. Akhirnya dibuat kesepakatan, apabila di lain hari ingin mengadakan kegiatan, warga harus diberitahu dan koordinasi dengan Ketua Komplek maupun Ketua RT.

“Ternyata antara tahun 2016 dan 2019 beliau kembali mengadakan acara, tetapi pada waktu itu warga tidak ingin berbuat anarkis dan bersabar,” sambungnya.

Tahun 2019, terulang kembali, Guru Shofwannoor kembali mengadakan haul besar – besaran yakni Guru Sekumpul.

“Mengadakan haul ini juga tidak ada kompromi dengan kita, terlebih dengan warga, tiba – tiba ada baliho terpampang sangat besar tertulis pemberitahuan bahwa haul dihadiri Guru Udin (Samarinda), kemudian jamaahnya yang datang sangat banyak pada waktu itu, ini bakal menjadi sorotan warga dan ributnya pasti ke kita,” bebernya.

Lalu daripada terjadi keributan, Ridha dengan sigap mengirim surat lagi ke pihak kecamatan, kepolisian untuk melaporkan bahwa KH Shofwannoor kembali mengadakan kegiatan besar tanpa berunding dengan warga.

“Surat tahun 2016 aja masih ada, ini lagi kami layangkan surat, tetapi kayaknya tidak menjadi efek jera. Ini sudah ketigakalinya malah dengan gayanya yang arogan, seolah komplek ini milik dia pribadi,” cetusnya.

“Belum lagi saat acara majelis itu, jamaah yang datang dari luar sama sekali tidak ada adabnya, kalau naik motor tidak pernah tegur sapa dengan warga, tidak tahu menahu,” imbuh Ridha yang mengaku juga punya kakek dan datu ulama Martapura ini.

Hal senada dikemukakan Ketua RT setempat, Muhammad Thamrin. Sebelum mendirikan majelis di Komplek Abdi Persada, Guru Shofwannoor pernah sebelumnya membuka majelis di Komplek Ayani Pengambangan. Kemudian tidak berapa lama pindah lagi di Komplek Istana Motor Banua Anyar.

“Entah apa penyebabnya sehingga beliau berpindah – pindah tempat membuka majelis, apakah juga bermasalah sehingga warga di sana juga tidak menerima?” tuturnya.

Di samping itu, KH Shofwannoor hampir tidak pernah berkumpul bersama warga dalam mempererat tali silaturahmi. KH Shofwannoor membangun musala di depan rumahnya padahal di dalam komplek yang hanya dihuni kurang lebih 60 kk, sudah ada musala.

“Jadi apa maksudnya membangun lagi musala, sedangkan musala yang ada saja, beliau termasuk anak beliau tidak pernah datang,” ucapnya.

Sebelumnya KH Shofwannoor membantah dan tidak mengakui atas tuduhan telah beberapa kali berulah atau bikin kasus.

“Kasus apalah (kasus), kita di sini kada pernah (tidak pernah) menggangu orang, membuat onar, kita hanya mengadakan  acara pengajian di Majelis Al Munawaroh seminggu sekali (satu minggu sekali). Ini ‘kan kebaikan, di mana masalahnya, memadahkan (mengatakan) kalau aku 3 kali membuat masalah,” bantahnya.

Terkait dirinya dilaporkan ke Polisi atas dugaan pelecehan syarifah tersebut, KH Shofwannoor menanggapi akan menyerahkan persoalan ini kepada yayasan yang berada di Kalampayan Martapura.

KH Shofwanoor
KH Shofwanoor

Mengapa demikian? Katanya, dirinya dan majelis yang ia pimpin dalam perlindungan sebuah yayasan yang disebut yayasan Arsyadiah di Martapura.

“Aku sudah mengaku salah dan minta maaf, kalaupun proses hukum berjalan, maka aku serahkan masalah ku ini wan yayasan (maksudnya: Yayasan Arsyadiah), aku kada handak bepender lagi (aku tidak akan lagi berbicara, semua harus berhadapan dengan Yayasan Arsyadiah,” demikian jelas KH Shofwannoor.(yon/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh