Terkait dengan vonis bebas terhadap Briptu Fikri Ramadhan dan Ipda M. Yusmin Ohorella, dua terdakwa kasus Unlawful Killing Laskar FPI, Hakim menyebutkan anggota FPI terlebih dulu melakukan penyerangan terhadap anggota polisi.
JAKARTA, koranbanjar.net – Putusan itu disampaikan majelis hakim dalam sidang yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (18/3/2022).
Majelis hakim, dalam ruang sidang mengatakan, ada fakta yang menunjukkan kalau pokok perkara ini terjadi lantaran Laskar FPI melakukan penyerangan terlebih dulu. Fakta itu adalah penyerangan dan penembakan terhadap mobil yang ditumpangi kedua terdakwa, almarhum Ipda Elwira, dan Bripka Faisal.
“Majelis hakim mendapati suatu fakta bahwa pada pokok peristiwa satu adalah anggota FPI terlebih dahulu telah melakukan penyerangan dan penembakan terhadap mobil yang ditumpangi oleh Ipda Elwira almarhum, Ipda Yusmin Ohorella, Bripka Faisal dan terdakwa,” kata majelis hakim.
Selanjutnya, peristiwa kedua adalah anggota FPI telah mencekik dan merebut senjata. Bahkan, para anggota Laskar FPI turut mengeroyok serta menjambak rambut terdakwa.
Atas hal itu, pengadilan berpendapat bahwa kedua terdakwa, almarhum Ipda Elwira, dan Bripka Faisal sedang dalam tugas khusus mengamankan dan membela diri. Karena, anggota FPI yang telah menyerang dan menembak mobil yang ditumpangi Ipda Elwira, Faisal dan kedua terdakwa.
“Dan fakta pada pokok peristiwa kedua tembakan dari Elwira dan terdakwa dalam mempertahankan serta membela diri atas serangan anggota FPI yang dilakukan dengan cara mencekik, mengeroyok menjambak dan merebut senjata milik terdakwa,” sambung majelis hakim.
Selain itu, majelis hakim berpendapat tekah ada serangan yang melawan hukum dari anggota FPI yang dilakukan dengan cara mencekik mengeroyok menjabak serta merebut senjata apiĀ milik terdakwa. Imbasnya, terdakwa mendapatkan luka-luka sebagaimana tercatat dalam visum.
“Maka Ipda Elwira, Yusmin dan terdakwa yang sedang menjalankan tugas dan dlaam rangka mempertahankan senjata api yang bagi anggota polri adalah segenap jiwa yang harus dilindungi dengan terpaksa melakukan pembelaan diri dengan mengambil sikap untuk lebih baik menembak terlebih dulu daripada tertembak kemudian dengan melakukan tindakan tegas dan terukur yaitu melakukan penembakan yang mengakibatkan empat anghota FPI atas nama Lutfi Hakim, Ahmad Sofyan, M. Suci Kadafi Putra dan M. reza meninggal dunia,” jelas hakim.
Pantauan di lokasi, majelis hakim membuka jalannya persidangan pada pukul 09.30 WIB. Hanya saja, Fikri dan Yusmin hadir secara virtual dari kediaman kuasa hukum Henry Yosodiningrat.
Fikri dan Yusmin dinyatakan melanggar Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP subsider Pasal 351 ayat (3) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Putusan terhadap Fikri dan Yusmin jauh lebih ringan ketimbang tuntutan enam tahun penjara yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). Tuntutan terhadap Fikri dan Yusmin dibacakan JPU pada sidang, Selasa (22/2/2022) lalu.
Dalam tuntutannya, JPU menyatakan jika Briptu Fikri dan Ipda Yusmin terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan yang ada. Atas hal itu, JPU meminta agar majelis hakim menghukum Fikri dengan hukuman enam tahun penjara.
“Menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana. Menjatuhkan pidana terhadap dengan pidana penjara selama enam tahun dengan perintah terdakwa segera ditahan,” ucap JPU, Selasa lalu.
Meski tuntutan terhadap Fikri dan Yusmin sama, JPU menguraikan perbedaan hal yang memberatkan dan meringankan tuntuan keduanya.(koranbanjar.net)
Sumber: Suara.com