MARTAPURA – Sebelumnya, makam tua di Desa Teluk Selong, Kecamatan Martapura Barat diperkirakan berusia ratusan tahun, bahkan mencapai 849 tahun (sesuai dengan angka yang tertulis di nisan makam 1168).
Namun ternyata setelah pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjar melakukan penelusuran hingga ke Arkeologi Banjarmasin, ternyata goresan angka yang tertulis di nisan merupakan angka tahun hijriah, bukan masehi.
Hal itu dikemukakan Kabid Kebudayaan Kabupaten Banjar, Yuana Karta Abidin kepada koranbanjar.net, Selasa (14/11), saat melakukan pengecekan secara langsung dengan mendatangi lokasi penemuan makam.
Dari lokasi makam mereka menemukan nisan-nisan yang bertuliskan tahun makam, antara lain, ada nisan yang bertuliskan tahun 1168 dan juga ada yang bertuliskan 1271.
“Untuk kabar itu, kebetulan kemarin kita ketemu sama tim arkeolog. Dari hitungan tahun 1168, jika dikalkulasikan ke tahun hijriah, maka bukan 800 tahun, tapi cuma 170 tahun. Karena perdedaan tahun hijriah dan masehi sekitar 500 tahun,” tuturnya
“Kita sudah minta tim arkeolog untuk meneliti lebih jauh tentang usia makam tersebut. Kabar terakhir yang saya terima dari tim arkeolog, kini masih dalam proses penelitian,” ujarnya.
Sementara itu, untuk kelanjutan penanganan makam-makam itu, pihaknya belum bisa mengambil keputusan. Mengingat data-data pasti tentang keberadaan makam yang belum diketahui pasti tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut.
“Kita belum bisa memastikan, gimana ke depan. Karena kita belum tau, siapa tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut, jadi kita nunggu hasil dari arkeolog dulu,” ungkapnya.
Jika nanti itu benar-benar menjadi cagar budaya, maka pihaknya akan mengelola makam tersebut, dan akan melaporkan ke pihak Kementerian Pariwisata dan Budaya Indonesia.
Sementara itu, Kepala Balai Arkeologi Banjarmasin yang dikonfirmasi melalui telepon, Bambang Sakti Wiku Atmojo menyatakan, di makam tertulis 1168, jika dikonversi ke tahun masehi sama dengan tahun 1754.
Disimpulkan jika di tahun itu, maka waktunya bersamaan dengan perpindahan Kesultanan Banjar di Banjarmasin ke wilayah Sungai Kitano.
“Ada penyesuaian lain makam Sultan Mistainbillah Tabukan Desa Tangkas, atau makam Inayullah di Desa Kitano. Tapi kita masih melakukan penelitian lebih dalam,” ujar Bambang.(sai)