Hacker Bjorka berhasil membobol data rahasia beberapa pejabat dan tokoh penting Indonesia. Terkait dengan hal itu, Pengamat Politik, Direktur Pusat Studi Politik dan Kebijakan Publik Kalimantan Selatan, Muhammad Uhaib As’ad mengatakan ini merupakan tamparan memalukan bagi pemerintah.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Muhammad Uhaib As’ad melalui media ini, Rabu (14/9/2022) memaparkan, kalau saja apa yang diungkapkan Hacker Bjorka itu menjadi benar, betapa bobroknya pengelolaan negara selama ini.
“Ini adalah tamparan memalukan bagi pemerintah. Apa yang kita amati dalam beberapa hari ini, seperti lazimnya, para elite bisa saling melempar tanggung jawab dan saling mencari kesalahan,” paparnya.
Dikatakan, ini bukan masalah kaleng-kaleng tapi menyangkut marwah bangsa.
Tentu saja, lanjut Uhaib, menurut logika hacker Bjorka pantas mempermalukan biar publik paham yang selama ini bersembunyi atau disembunyikan di balik karpet kebohongan dan kemunafikan.
“Akhirnya, publik pun merasa berterima kasih kepada hacker Bjorka yang mewakili akumulasi kemuakan dan kemarahan terhadap perilaku orang-orang yang merasa sok kuasa,” tuturnya.
Atau sambung Uhaib, sedang berselimut kuasa di tengah ketidakberdayaan publik dan lapuknya institusi-instutusi demokrasi dan lembaga penegakan hukum.
Indonesia sebagai rumah tangga telah berhasil dibobol dan rahasia serta isi perut penghuni rumah itu diketahui sang hacker itu.
“Ini sangat memalukan, negara telah kehilangan martabat dan keamanan, termasuk keamanan identitas warga,” ucapnya.
Hacker Bjorka telah berhasil mengacak-acak dan mempermalukan Indonesia.
Isi perut rumah Indonesia itu telah diamputasi dengan dan menelanjangi kebobrokan orang-orang atau sejumlah orang.
Institusi demokrasi dan lembaga penegakan hukum di mata publik semakin menjijikan dan dan tidak berwibawa.
Realitas sosio-politik ini dapat dilihat dari detik per detik dari pemberitaan media sosial dan bagaimana nyinyirnya warga membaca dan merespon situasi saat ini yang semakin karut-marut.
Di tengah apatisme dan sinisme publik itu, hacker Bjorka seperti mewakili akumulasi kedongkolan dan ketidakberdayaan.
Bjorka tampil bagaikan ‘Sang Nabi’ mendendangkan lagu cadas dan mengurai awan gelap di langit ‘Rumah Indonesia’ bahwa rumah itu, sambungnya, ternyata dihuni para makhluk diduga bermental maling, munafik dan oligarki yang selama ini tampil dengan wajah ‘malaikat’ dan mendominasi narasi kebenaran untuk membodohi rakyat.
“Ternyata, semua itu hanya kamuflase kemunafikan yang dipertontonkan di depan publik,” ucapnya.
Perilaku kleptokrasi (orang-orang bermental maling) ini telah menghipnotisir yang didukung oleh media mainstream dan para buzzer jahat peliharaan oligarki. Buzzer dan oligarki bagaikan setan gentayangan mencari celah mereposisi masuk dalam jaringan struktur kekuasaan.
Kemudian selain itu menguasai struktur kekuasaan politik dan ekonomi sebagai strategi memperkuat basis koloni para aktor politik dan akor bisnis.
Persekutuan aktor politik dan aktor bisnis ini, praktik demokrasi saat ini semakin tidak tersesat dalam moncong oligarki.
Hacker Bjorka telah menelanjangi dan membuat panik orang-orang yang selama ini bersembunyi di balik karpet kekuasaan.
Bjorka telah mewartakan secara telanjang kebobrokan orang-orang yang selama ini telah bergelimang dengan kekuasaan dan menyampaikan pesan-pesan moral politik bagi publik.
Sekali lagi, hacker Bjorka telah mewakili aspirasi publik yang selama berada dalam ketidakberdayaan karena kuat rezim oligarki selama ini.
Rakyat menjadi paham bahwa para elite yang selama ini berlindung di balik karpet kekuasaan telah ditelanjangi hacker Bjorka dan menjadi panik.
Demikian pula, para buzzer sudah mati angin dengan pemberitaan massif ini dan publik pun sedang menikmati hiruk-pikuk kepanikan. (yon/sir)