Suasana Idulfitri 1442 Hijriyah, kubah Datu Taniran (Tuan Guru H Muhammad Thaib atau Syekh H Sa’duddin al Banjari) di Desa Taniran Kecamatan Angkinang Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tetap terbuka untuk umum bagi peziarah.
HULUSUNGAISELATAN,koranbanjar.net – Hari lebaran Idulfitri selalu identik dengan silaturahmi, mudik dan ziarah.
Ziarah kubur adalah kebiasaan masyarakat dan keluarga, mendoakan yang telah wafat mendahului.
Kubah Datu Taniran di Taniran Kecamatan Angkinang, merupakan salah satu makam ulama ternama yang sering diziarahi masyarakat.
Setiap peziarah yang ingin masuk ke lokasi makam diharuskan memenuhi prokes covid-19 dari para petugas.
Mencatatkan diri di buku tamu, diperiksa suhu tubuh, menyemprotkan hand sanitizer di tangan dan menggunakan masker.
Pintu masuk dan keluar juga sudah ditentukan, dengan pintu yang berbeda dan tertulis arahan.
Seorang petugas perempuan bernama Halida mengemukakan, prokes covis-19 diterapkan kepada setiap peziarah dan tidak ada pengecualian.
“Ini sesuai dengan ketetapan prokes. Pengunjung juga dibatasi hanya 30 orang dengan selalu jaga jarak,” katanya, Sabtu (15/5/2021).
Dia mewakili Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bertugas bersama lima rekannya menggunakan shift atau bergantian. Nanti, enam rekan lainnya akan menggantikan, begitu seterusnya.
Pandemi covid-19 membuat semuanya berubah dan harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan (prokes) dalam mengantisipasi dan mencegah meluasnya penyebaran wabah penyakit covid-19.
Larangan mudik dan silaturahmi bersalam-salaman merupakan langkah mencegah penyebaran covid-19.
Obyek wisata juga dinyatakan dilarang dibuka oleh pemerintah setempat, terutama dengan status zona merah. (dya)