Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Sufisme

Sejarah Singkat Tentang Habib Nuh Singapura, Mengubah Air Kelapa Menjadi Susu Untuk Bayi Miskin  

Avatar
24895
×

Sejarah Singkat Tentang Habib Nuh Singapura, Mengubah Air Kelapa Menjadi Susu Untuk Bayi Miskin  

Sebarkan artikel ini
Habib Nuh (foto: istimewa)
Habib Nuh (foto: istimewa)

Meski Singapura berpenduduk mayoritas Cina dan beragama Nasrani, namun tetap melestarikan tradisi dan peninggalan bersejarah kaum muslimin. Salah satunya, karamat seorang ulama besar yang bermukim di sana yakni Habib Nuh. Makam sufi yang berusia lebih dari seabad itu tetap terpelihara dengan baik.

Dikutip dari Sufiz.com, di ketinggian sebuah bukit terlihat bangunan yang dikelilingi taman asri, bersih dan tenteram. Dari Jalan Palmer, semua tampak jelas. Burung-burung merpati yang bebas berterbangan atau bertengger di sekitarnya menambah kesejukan suasana di tengah kesibukan Bandar Raya Negeri Singa tersebut. Penduduk setempat, dari rumpun melayu atau kaum mualaf, juga orang-orang dari berbagai negeri, seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia masih banyak menziarahi tempat yang dikenal sebagai keramat Habib Nuh ini.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Makam Habib Nuh ini dibangun pada 1890 oleh Syed Mohammad bin Ahmad Alsagoff. Bangunan di atas bukit itu – orang harus melalui 49 anak tangga untuk mencapainya – dibiayai para dermawan. Di masa lalu pemeliharaan tempat keramat itu dilakukan para sukarelawan, yaitu orang-orang yang percaya dan mengharap berkah dari memelihara makam wali tersebut. Tetapi sejak 1936 ditangani Dewan Muslim dan Hindu, yang akhirnya dialihkan kepada Muslim Cuoncil of Singapore (MUIS).

Sekarang makam tersebut dijaga dan dirawat seorang Imam dibantu asistennya. Tugasnya antara lain menertibkan para peminta-peminta. Para peziarah yang ingin memberikan uang kepada para pengemis diminta untuk menyerahkannya kepada mereka, lalu sang asisten Imam akan membagi-bagikannya dengan sama rata. Penduduk di sekitar makampun masih meneruskan tradisi menyumbang sesuatu bagi kepentingan peziarah, dari mulai memberikan makanan sampai kipas angin.

Batu nisan makam dililit kain berwarna kuning terang, yang diasosiasikan dengan kesucian, sementara makamnya diselimuti kain hijau, warna yang selalu dihubungkan dengan Islam. Harumnya wewangian dan bunga memenuhi segenap ruangan makam. Di luar, berterbangan dan bertengger bebas burung-burung merpati sehingga menambah keyakinan para peziarah bahwa makam ini memang amat keramat, burung, ayam dan kelinci pun merasa aman di sana.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan ke Usen Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh