Sejak penutupan jalan hauling Km101 Kabupaten Tapin.pada 27 Oktober 2021 yang ditandai dengan police line, tidak hanya menganggurnya ratusan sopir tapi berdampak pendapatan ekonomi masyarakat merosot jauh menurun.
TAPIN,koranbanjar.net – Ditemui ditempat tinggalnya pada pekan tadi di kawasan sekitar jalan hauling, beberapa warga setempat mengungkapkan penderitaannya dengan adanya penutupan tersebut.
Jerit dan tangis seakan sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat yang terdampat penutupan jalan hauling Km101 di Kecamatan Tatakan Kabupaten Tapin
Sebab, tidak hanya sulitnya menghidupi keluarga untuk kebutuhan makan setiap hari, malah ada pula hubungan rumah tangga yang retak karena faktor ekonomi, tidak dapat membeli beras, sakit tanpa mampu membeli obat, dan lain-lain.
Itu belum lagi beban biaya pembayaran kredit kendaraan roda dua yang harus ditanggung akibat penunggakan pembayaran.
Sepasang suami istri yang membuka warung makan dan minum di tempat itu menuturkan, dulunya selama ramai dan belum ada penutupan jalan hauling Km101 Tapin, warung mereka digelar selama 24 jam.
Sehari bisa menghasilkan pemasukan sampai Rp350 ribu, tapi sekarang setelah ditutupnya jalan hauling dengan police line pendapatan sangat jauh berkurang menukik tajam, hanya hitungan Rp10 ribu sampai Rp15 ribu sehari.
“Malah pernah tidak dapat sama sekali, kosong,” imbuh Rahmaniah, sang istri.
Padahal, sambung dia, baru 4 bulan melakukan pembayaran kredit sepeda motor dan tidak tahu harus bagaimana meneruskan pembayaran berikutnya.
Di sisi lain, seorang perempuan diperkirakan berusia separuh abad mengaku kesulitan untuk membeli beras, sedangkan dia sendiri dalam keadaan sakit dan tidak mampu membeli obat untuk mengobati sakitnya.
“Belum anak-anak masuk sekolah, sedang suami tidak bekerja. Kami hanya ingin jalan bisa dibuka, semoga pintu hati terbuka, tolong jalan dibuka,” ucapnya terdengar memelas.
Irman mewakli rekan-rekannya sesama pekerja batubara yang lagi duduk-duduk sambil menunggu perkembangan informasi jalan hauling Km101 Tapin, menyebutkan bahwa semua temannya merasakan dampak kesulitan ekonomi.
“Malah ada teman yang rumah tangganya hancur hanya masalah ekonomi,” ujarnya.
Lain lagi disampaikan ibu saniah yang mengelola tempat pencucian truk angkutan batubara. Sejak penuntupan jalan hauling Km101 Tapin, menimbulkan banyak kerugian.
Tidak bisa memberikan upah bagi beberapa tenaga pekerja cuci truk, lalu bayar sewa lahan tempat pencucian.
“Biasa ada 20 unit truk yang dicuci, sekarang satu atau dua unit sudah lumayan,” katanya.
Maulana, seorang petugas keamanan sebuah gudang parkir beberapa puluh truk mengemukakan, truk-truk itu sengaja diparkir karena tidak beroperasi. Parkiran penuh dan tidak ada operasional truk-truk sejak terjadinya penutupan jalan hauling Km101 Tapin.
“Saya sekuriti di sini, mengamankan truk yang parkir . Tidak ada operasional sejak penutupan jalan hauling,” sebutnya. (dya)