Meski peristiwa dugaan percobaan penculikan anak SD di Alalak Banjarmasin sudah berlalu beberapa hari lalu, namun keresahan, ketakutan dan kekhawatiran menghantui sebagian orang tua murid.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Rumor penculikan anak SD sebenarnya sudah sejak lama muncul di masyarakat. Informasi tersebut disebarkan melalui media sosial maupun WhatsApp, namun berita kejadian dugaan penculikan itu kebenarannya sempat simpang siur.
Hingga dugaan percobaan penculikan itu benar terjadi di Banjarmasin, seorang anak SD berusia 9 tahun bernama MA, nyaris jadi korban penculikan oleh seorang perempuan misterius.
Peristiwa yang terjadi di Alalak Kecamatan Banjarmasin Utara itu terjadi seminggu telah lewat, tepatnya Senin, 6 Desember 2021.
Pasca kejadian ini, sebagian orang tua merasa resah dan was-was, terutama yang memiliki anak masih bersekolah di SD.
Media ini berhasil merangkum beberapa komentar orang tua dengan wawancara via WhatsApp, Sabtu (11/12/2021).
Rina, salah seorang ibu rumah tangga yang beralamat di Jalan PM.Noor Banjarmasin mengatakan dari adanya peristiwa itu, sebagai orang tua dia sangat khawatir modus penculikan terhadap anak-anak SD.
“Apalagi kita punya anak yang masih bersekolah SD, jadi was-was saat anak belum pulang sekolah, apalagi kalau sampai telat jemput,” ujar Rina.
Lanjutnya, jika jam pulang sekolah sudah ditentukan, dirinya sebagai mama harus 1 jam terlebih dalu menunggu di depan sekolah sebelum pulang.
Untuk di SDIT anak sholeh mandiri kelas 2 yang beumur 8 tahun, kalau pulang sekolah ada khusus meja penjemputan ditulis di atas kertas nama anak dan kelasnya, kemudian dikasih sama petugas jaga. Nanti ada pemberitahuan bahwa anaknya sudah dijemput orang tua.
“Jadi kalau anaknya belum dijemput, anak-anak tidak boleh keluar pagar sekolah. Tapi yang namanya orang tua pasti perasaan was-was itu selalu ada,” ucapnya.
Tak jauh berbeda, Yana warga Teluk Dalam Banjarmasin yang mengaku memiliki anak baru berusia 6 tahun kelas 1 SD Belitung Selatan Banjarmasin ini.
“Perasaaan ulun (saya) jadi takut was-was juga. Ulun memberi tahu anak waspada dengan orang yang tidak dikenal,” katanya.
Dirinya juga mengajarkan cara bagaimana anak menolak saat diajak pergi orang yang tidak dikenal.
“Suruh teriak minta tolong atau lari secepatnya,” ucap perempuan yang bekerja sebagai staf pada salah satu perusahaan kayu ini.
Yana berpendapat perlu adanya kerjasama dengan pihak sekolah agar keamanan anak terjaga.
“Misal anak tidak boleh keluar kelas dulu sebelum dijemput orang tua atau keluarga anak,” sarannya.
Menurutnya, kasus penculikan ini, memang anak usia dini jadi sasaran startegis, karena sangat mudah dipengaruhi orang yang tidak dikenal.
“Motifnya mungkin salah satunya faktor ekonomi,” sebut perempuan yang juga aktif di salah satu partai politik ini.
Masih pendapat yang sama, kali ini datang dari warga Handil Bakti Kabupaten Batola, Herliani.
Katanya, selaku orang tua yang anaknya masih bersekolah di SDN Semangat Dalam 4, kelas 4, merasa khawatir dengan berita dugaan percobaan penculikan itu.
“Biasanya berangkat ke sekolah sendiri, sekarang diantar dan sementara ditunggu sampai pulang sekolah,” ujarnya.
Herliani berharap mudah-mudahan keadaan segera kembali aman dan tidak ada lagi berita tentang penculikan anak.
Orang tua lainnya, Helda, warga Landasan Ulin berkomentar, sebelum isu penculikan ramai dibincangkan, di SD Landasan Ulin Utara 3, tempat anaknya bersekolah sudah diterapkan penjemput dan pengantar yang sudah dikenal pihak guru.
Setiap menjemput, lapor pada guru piket yang memegang absen kelas. Lalu guru piket menghubungi guru di kelas melalui telepon memberitahukan bahwa anak yang dijmput sudah boleh keluar kelas.
“Jadi anak aman bersama gurunya di dalam kelas sampai yang menjemput datang,” ucapnya.
Sementara Aida, warga Teluk Tiram Banjarmasin, sebagai pengelola salah satu sekolah dasar bidang agama Islam, yakni Madrasah Ibtidaiyah (MI) di kawasan tempat tinggalnya, menyampaikan di MI, siswa-siswi tidak dizinkan keluar sebelum dijemput.
“Namun yang menjadi kendala, kadang siswa-siswi yang tidak dijemput pulang sendiri. Namun biasanya sebelum pulang siswa-siswi itu selalu diingatkan agar berhati-hati ketika pulang,” ungkapnya.
Berhubung anaknya pun bersekolah di MI tersebut kelas 4, dirinya mengaku lebih mudah mengontrolnya.
“Tetapi kalau untuk pergi mengaji ke TPA biasanya kami antar jemput, kami tidak izinkan untuk pergi naik sepeda sendiri,” katanya.
Lanjut dijelaskan, di MI dari dulu sudah menerapkan jika lewat jam masuk sekolah, ada anak yang belum datang tanpa kabar, maka wali kelas diharuskan menghubungi orang tuanya.
“Untuk memastikan apakah anaknya memang tidak masuk sekolah,” katanya.
Wanita alumni SMKN 1 Mulawarman Banjarmasin angkatan 98 ini berharap kepada pemerintah setempat dan aparat keamanan bekerjasama dengan pihak sekolah, selalu memberikan edukasi dan sering-sering mengontrol ke sekolah-sekolah, terutama sekolah dasar (SD).
“Sebab calon korban penculikan yang mudah diajak adalah anak SD,” tukasnya.
Seminggu telah lewat, dugaan percobaan penculikan seorang anak Sekolah Dasar yaitu M-A (9) warga Kecamatan Banjarmasin Utara, membuat geger warga Kota Banjarmasin hingga di media sosial.
Siti Aidah, seorang saksi yang melihat langsung dugaan percobaan penculikan itu, menuturkan, berawal pagi itu sekitar pukul setengah delapan, dirinya hendak pergi.
Saat berada di depan gang, Siti Aidah melihat anak itu berdiri sendiri menggunakan seragam sekolah, sembari menunggu ibunya sedang ke warung membawa adik korban.
Tiba–tiba lanjutnya, datang seorang perempuan tidak menggunakan helm, rambut pirang, tanpa memakai masker, seketika ingin membawa anak itu.
Melihat tindakan wanita misterius itu, dirinya merasa curiga, dihampirinya perempuan asing yang diduga ingin membawa MA itu sembari berkata,” Jangan dibawa dia, ada aja mamanya mengantar, ini lagi menunggu mamanya,” ucap Siti kepada wanita itu kala itu.
Akhirnya upaya percobaan penculikan terhadap MA berhasil digagalkan.(yon/sir)