Kendati mulai sepi pembeli dan beberapa pedagang di kawasan Pasar Martapura tampak menutup tokonya, pasar ternama di Kabupaten Banjar itu tetap bertahan dengan kearifan lokal sebagi pasar tradisional.
BANJAR, koranbanjar.net – Terhitung sebelum masa pandemi ditahun 2020 tercatat sebanyak 776 outlet toko konveksi pakaian di Pasar Martapura, namun Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Bauntung Batuah (PBB) Kabupaten Banjar kini mencatat hanya 596 outlet yang aktif.
“Jadi, sisanya sekitar 200 an outlet yang tutup,” cetus Direktur Perumda PBB Kabupaten Banjar Rusdiansyah melalui Humas, Gusti Andriansyah, Senin (25/9/2023).
Diungkapkan Andre—panggilan Gusti Andriansyah—bahwa minat pembeli atau pengunjung menurun tidak terlepas dari merebaknya pasar online. Masyarakat lebih memilih bertransaksi via online.
Hal itu dialami semua pasar tradisional di Indonesia, tak terlepas Pasar Tanah Abang maupun Pasar Martapura, dan pasar lainnya, yang sebelumnya ramai pembeli untuk berbelanja.
“Kita juga sedang melakukan pemulihan perekonomian setelah sebelumnya dilanda pandemi covid19,” katanya.
Dibalik merebaknya perdagangan via online, ia tetap berharap Pasar Martapura yang merupakan pasar tradisional ini tetap ramai dengan kearifan lokalnya.
Kearifan lokal pasar tradisional di Pasar Martapura Kabupaten Banjar yang dimaksud, ialah terhubung dengan Martapura sebagai Kota Santri, religius dan agamis.
“Pasar tradisional tetap memakai tawar menawar, bisa melihat dan mengamati langsung kualitas barang mau dibeli. Satu hal lagi, tradisi pedagang dan pembeli di Pasar Martapura menggunakan akad jual beli sebagaimana hukum Islam,” terang dia. (dya)