Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Mengintip Produksi Dodol Asli Kandangan, Ternyata Pengolahan Tidak Gampang

Avatar
992
×

Mengintip Produksi Dodol Asli Kandangan, Ternyata Pengolahan Tidak Gampang

Sebarkan artikel ini

Produksi dodol, makanan ringan khas “Bumi Antaludin” Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, ternyata tidak gampang. Pengolahan dodol membutuhkan keuletan dan kesabaran. Tak mudah meniru pengolahan dodol asli Kandangan ini. Makanya, produksi dodol masih mampu tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19 yang mendera pengusaha UMKM.

HULUSUNGAISELATAN, koranbanjar.net – Dampak pandemi Covid-19 begitu terasa, apalagi sewaktu awal kemunculannya pada tahun 2020 lalu.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Wabah dari China ini membuat sektor perekonomian di Indonesia terjungkal, banyak perusahaan yang tak mampu menutupi kerugian terpaksa harus memutuskan hubungan kerja atau PHK karyawannya.

Tak terkecuali para pedagang dan pengusaha kecil, sebagian dari mereka pasrah dan terpaksa gulung tikar karena ganasnya Covid-19.

BACA JUGA ; Kedai Ayu Wovi Dengan Kuliner Kekinian

Namun di balik itu semua, ternyata masih ada para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mampu bertahan, seperti di Desa Telaga Bidadari, Kecamatan Sungai Raya.

Kawasan Desa Telaga Bidadari, Jalan Bina Warga sejak dulu terkenal sebagai sentra pembuatan makanan ringan, khususnya pengolah dodol asli Kandangan.

Salah satunya yakni Dodol Asli produksi Zaskia milik warga Desa Telaga Bidadari RT 1, Kecamatan Sungai Raya bernama Muhammad Bahtiannor (34 tahun).

Bersama kakak perempuannya yang juga memiliki usaha Dodol Madu Kasirat produksi Raisa, Muhammad Bahtiannor kompak menekuni usaha bidang kuliner ini.

BACA JUGA ; Andin Kunjungi Kampung Jengkol, “Ini Sangat Berpotensi Menjadi Wisata Kuliner di Kalsel”

Pengolahan dodol asli Kandangan mereka tekuni sejak kecil di kampungnya, Desa Telaga Bidadari turun temurun sejak dulu.

“Kalau saya pada tahun 2016 baru benar-benar memproduksi sendiri, dulu sejak kecil memang sering ikut membantu membuat dodol,” ujarnya.

Pembuatan dodol miliknya murni berbahan dasar alami tanpa pengawet, dari gula putih, tepung ketan terbuat dari beras, santan kelapa, dan garam.

Muhammad Bahtiannor menjelaskan, proses pengolahan dodol membutuhkan ketekunan dan kesabaran ekstra. Selain harus menjaga kestabilan perapian, mengaduknya juga harus merata.

BACA JUGA ; Kuliner Khas Timur Tengah Hadir Di Kota Martapura

“Setelah bahan tercampur di dalam kuali besar, kemudian diaduk selama kurang lebih 4 jam,” jelasnya kepada koranbanjar.net.

Dodol yang telah diaduk merata selanjutnya disalin ke wadah lain untuk didinginkan, lalu di potong-potong dan diolah dalam kemasan.

Muhammad Bahtiannor, pelaku usaha dodol asli Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (Sumber foto : Nuha/koranbanjar.net)
Muhammad Bahtiannor, pelaku usaha dodol asli Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (Sumber foto : Nuha/koranbanjar.net)

Dalam satu minggu, Muhammad Bahtiannor mengolah dodol dua kali, masing-masing sebanyak 50 kilogram dodol.

Sedangkan harga jual, Ia membandrol Rp1.500 untuk kemasan kecil hingga Rp3.000 untuk kemasan besar.

Selain menjual kepada agen dan warung, pihaknya juga bisa menerima pesanan langsung minimal 50 kilogram dengan menghubungi nomor Whatsapp 0853-4829-6828.

“Bisa pesan langsung, dodolnya jelas lebih fresh,” katanya.

Dodol Asli Kandangan produksi Zaskia kini telah mampu terjual ke berbagai daerah di luar Kabupaten HSS, di antaranya Kota Banjarmasin hingga Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Meski sektor perekonomian daerah sempat terpuruk tahun lalu, para pelaku UMKM di wilayah Kabupaten HSS mulai bangkit kembali pada tahun 2021.(syn/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh