Kongres Borneo Raya, Sejauh Mana Sikap Masyarakat Adat Kalimantan Menyambut IKN

Saat Kongres Borneo Raya.(Foto: Istimewa)

Simposium Kongres Borneo Raya adalah suatu momen untuk menggali sejauh mana sikap masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat adat terhadap pemindahan Ibu Kota Negara(IKN) di Paser Penajam Utara, Kalimantan Timur.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Hal ini disampaikan, Ketua Panitia Bujino A.Salan dalam sambutannya pada acara di Siring Menara Pandang, Jalan Kapten Piere Tendean Banjarmasin Tengah, Jumat (3/6/2022) sore.

Bujino menjelaskan, dalam kegiatan Kongres Borneo Raya ada beberapa rangkaian, pertama simposium, fetival budaya, dan ritual adat, yang merupakan kesatuan dan tidak bisa terpisahkan. Puncaknya dilaksanakan pada bulan Agustus di Paser Penajam Utara yang menjadi Ibu Kota Negara (IKN).

“Smposium bertujuan menggali sejauh mana sikap dan peran masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat adat dalam menyambut dan menyikapi pemindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan, yakni Kaltim,” terangnya.

Lanjutnya, apakah provinsi di Kalimantan  hanya sebagai objek pembangunan saja, atau ikut dalam proses pembangunan.

Dia  berharap, nantinya Pemerintah Pusat dapat melibatkan masyarakat lokal dalam semua bidang, baik politik, ekonomi, dan peningkatan Sumber Daya Manusia.

“Alhamdulillah, simposium pertama sudah dilaksanakan di Kalbar pada 29-31 Mei 2022,” ucap Bujino.

Selanjutnya sambung Bujino, untuk simposium di Kalsel, panitia akan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tabalong (Kalsel) dan Gunung Mas (Kalteng), dalam rangka pelestarian budaya serta mengingat kembali atas jasa para leluhur masyarakat Dayak.

“Pada tahun 1894 menghasilkan suatu keputusan hukum adat, yang disebut perdamaian Tumbang Anoi,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, semangat persatuan dan kesatuan dari Tumbang Anoi, menjadi satu pelaksana bagi banyak orang yang tinggal di Kalimantan, tanpa membedakan suku, agama, dan ras.

“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Dengan falsafah itulah maka Kongres Borneo Raya ini menjadi tonggak sejarah persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Republik Indonesia,” tukasnya.(yon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *