Warga Banjarmasin hari ini dihebohkan oleh pasangan nikah bergaya unik, kedua mempelai diarak naik sepeda antik.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Berdasarkan informasi didapat media ini, Senin (6/2/1/2023), ternyata mempelai wanita adalah anak salah satu anggota Komunitas Sepeda Antik Banjarmasin (Saban).
Ketua Saban Banjarmasin, Praptono membenarkan jika kedua pasangan nikah diarak menggunakan sepeda antik milik Komunitas Saban.
“Iya mas, kedua mempelai menaiki sepeda antik milik kita,” ujarnya.
Lanjut Tono, panggilan akrabnya, kebetulan mempelai wanita adalah anak salah satu anggota komunitas ini bernama Abdullah.
“Mereka (pihak mempelai) merencanakan ini sekaligus mengorder sekitar dua bulan sebelumnya.
Makanya, kata Praptono sepeda antiknya dijaga dan dirawat jangan sampai rusak atau kotor.
Usai akad nikah di ruang induk Masjid Sabilal Muhtadin, kedua mempelai bernama Kurniawan (25) dan Sandra Rosiana (22) langsung disambut iring-iringan sepeda antik Komunitas Saban menuju rumah mempelai laki-laki di Jalan Imam Bonjol, Sutoyo S Banjarmasin.
Terang saja arak-arakan sepeda ontel (onta) yang sudah dimodifikasi itu menghebohkan warga yang melihatnya terutama para pengguna jalan.
“Ada yang berteriak wow keren katanya, ada juga melambaikan tangan, juga memotret, dan merekam, pokoknya sepanjang jalan sangat heboh,” tuturnya.
Lantas mengapa menggunakan cara unik pertama kali terjadi di Banjarmasin ini?
Tono mengatakan memang itu ide dari orang tua mempelai wanita agar pernikahan anaknya berbeda dan terlihat unik.
“Kebetulan sepeda itu kan biasanya saya pakai untuk bawa termos, terus saya berpikir ini juga bisa buat bawa orang,” terang Ketua Saban periode ke tiga ini.
Pada kesempatan itu Tono menceritakan Keberadaan komunitas ini di Banjarmasin sejak 2008, saat itu anggotanya baru sembilan orang dan berawal dari komunitas paguyuban.
“Sekarang anggotanya sudah mencapai dua ratus orang,” akunya.
Bahkan sambungnya, Komunitas Saban masuk cabang olahraga KORMI difasilitasi oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kalimantan Selatan.
Dirinya berharap, kepada generasi muda juga menggeliatkan keberadaan sepeda era 70 han ini.
Bukan hanya kalangan orang tua, tetapi anak muda juga patut mengenalkannya.
“Agar keberadaan sepeda antik ini tidak punah dan terus eksis khususnya di Kalsel,” pungkasnya. (yon)