Munculnya kelompok ‘Koalisi Dungu’ di parlemen DPRD Kabupaten Banjar telah mengundang perhatian publik. Pemilihan kata ‘Koalisi Dungu’ dinilai kurang cerdas, karena kalau dimaknai ke dalam bahasa Banjar kalimat ‘Dungu’ berarti ‘Bungul’ (bahasa Indonesia adalah Bodoh, red). Maka ‘Koalisi Dungu’ bisa ditangkap publik dengan makna ‘Koalisi Babungulan’, kata Pengamat Politik, DR. Muhammad As’ad.
BANJAR, koranbanjar.net – Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas Islam Kalimantan (Uniska), DR. Muhammad As’ad sangat menyayangkan penggunakan kata ‘Koalisi Dungu’ yang dideklarasikan sejumlah pimpinan DPRD Kabupaten Banjar, belum lama ini.
“Sepertinya, ini menyangkut peraturangan kepentingan politik, imbas dari sisa-sisa Pilkada kemarin. Secara sosiologi politik, sekat-sekat pertarungan antar kelompok sepertinya masih membekas,” kata Uhaib, demikian Muhammad As’ad dipanggil, red—ketika dihubungi koranbanjar.net, Kami (23/9/2021) sore.
Uhaib mengaku tidak melihat diksi kata, pilihan kata yang tepat secara akademik pada kalimat ‘Koalisi Dungu’. “Kata itu tidak lebih markatble dinarasikan kepada publik. Justru sebaliknya, kalimat tersebut seakan menjadi representasi dari sebuah kedunguan politik. Trademark dungu itu bukan datang dari masyarakat, tetapi mereka menamakan diri sendiri,” ucapnya.
Dia juga tidak melihat siginifikansi terhadap politik, justru penelanjangan di hadapan publik. “Publik tidak melihat secara substansi, yang dilihat ungkapan dan statemen. Jangan-jangan memang ada kedunguan kolektif? Saya menyayangkan kata yang digunakan itu tidak cerdas,” bebernya.
Pengarang buku “Dinamika Politik Lokal” ini mengingatkan, anggota legislatif harus paham, bahwa mereka bukan tukang becak atau tukang ojek. Apa yang mereka ucapkan akan ditangkap masyararakat secara kolektif, seolah-olah legislatif adalah orang dungu. Atau, sebuah gambaran akumulasi kedunguan di dalam politik lokal di Kabupaten Banjar.
“Penggunaan kata ‘Koalisi Dungu’ itu justru sangat merugikan secara sosilogi politik. Mungkin, maksud mereka hanya sebagai ungkapan basa-basi atau lelucon, tapi bukan pada tempatnya. Tapi harus diingat, itu penggunaan kata dari anggota legislatif bukan tukang bakso. Menelanjangi kedunguan politik, tidak genius,” ungkapnya.
“Sekali lagi, ini mungkin sisa-sisa pertarungan Pilkada. Dalam politik terjadi komplik itu biasa, tetapi yang terpenting adalah membangun komunikasi politik. Yang diperjuangkan anggota dewan itu adalah kepentingan publik, bukan kepentingan partai atau golongan,” jelasnya.
Uhaib mensinyalir, begitulalah politisi yang tidak memiliki intelektual cerdas, saat duduk menjadi anggota DPRD Banjar (mungkin) mengandalkan kekuatan finansial.
“Dalam penggunaan bahasa saja tidak cerdas, apalagi memperjuangkan kepentingan publik. Seperti kehabisan kosa kata. Kalau saya istilahkan dalam Bahasa Inggris itu, ‘Stupid Coalition’ (Koalisi Dungu), jangan sampai publik betul-betul menilai dungu,” katanya.
Pengamat Politik yang dikenal vokal ini mengaku tidak pernah menemukan dalam literatul politik maupun studi kebijakan ada istilah ‘Koalisi Dungu,’ baru kali ini yaitu di politik lokal Kabupaten Banjar.
“Ini sebuah ungkapan yang dibaca media, dibaca publik, Koalisi Dungu seolah menyebutkan wakil rakyat dungu. Mengapa tidak menggunakan kosa kata yang lebih menarik, seperti ‘Koalisi Akal Sehat’, Koalisi Pembaharuan, Koalisi Akal Cerdas. Kalau Koalisi Dungu apa maknanya?” ucap dia.
“Saya tidak tahu, mengapa mereka menggunakan kata Koalisi Dungu, apakah terpengaruh dengan istilah yang sering digunakan teman baik saya, Rocky Gerung?” tutupnya.
Sebagaimana pemberitaan sebelumnya, beredar sebuah aksi spontanitas semacam deklarasi ‘KOALISI DUNGU’ di gedung DPRD Banjar. Tidak tanggung-tanggung, ‘KOALISI DUNGU’ telah beranggotakan beberapa pimpinan DPRD Banjar. Hal itu dibuktikan dengan beredarnya foto anggota kelompok yang mengenakan kaos berwarna hitam bertuliskan ‘KOALISI DUNGU’. Dalam posisi berfoto, para anggotanya masing-masing menunjukkan dengan jempol yang mengarah ke diri mereka masing-masing, seperti isyarat bahwa mereka adalah ‘KOALISI DUNGU’.
Di antaranya yang mengenakan kaos tersebut adalah Ketua DPRD Banjar, H Rofiqi dari Politisi Partai Gerindra, Wakil Ketua DPRD Banjar, Ahmad Zaky Hafizie dari PPP. Di antara barisan anggota ‘KOALISI DUNGU’ juga terdapat Ketua Fraksi Golkar, Kamaruzzaman dan anggota DPRD Banjar, Gusti Abdurrachman atau Antung Aman.
Terkait dengan ‘deklarasi’ KOALISI DUNGU tersebut, Anggota DPRD Banjar, Gusti Abdurrachman saat dikonfirmasi koranbanjar.net, Rabu, (22/9/2021) mengatakan, aksi tersebut hanya sebuah spontanitas dari anggota koalisi.
“Kata dungu itu asal mulanya muncul saat di forum rapat paripurna dewan, ini hanya sebuah aksi spontanitas. Intinya, anggota koalisi menginginkan agar pembangunan di Kabupaten Banjar berjalan dengan baik, yang baik kita lanjutkan, yang belum baik kita perbaiki,” ucap Antung Aman.
Apakah tidak khawatir bahwa sebutan ‘KOALISI DUNGU’ justru akan menjadi sebutan berkonotasi miring terhadap anggotanya? “Kalimat dungu (bodoh) belum tentu dungu, bisa saja yang disebut dungu malah lebih pintar he..he..he,” sahut Antung Aman singkat.
Terkini, Antung Aman menyampaikan dalam sebuah pesan, kalimat DUNGU merupakan kependekan dari Dukungan Untuk Gagasan Upaya-upaya.
Disinggung kemungkinan pembentukan ‘KOALISI DUNGU’ bagian dari langkah oposisi terhadap partai politik pendukung pemerintah, Antung Amang tidak menjawab secara gamblang. Namun dia hanya memberi isyarat.
“Ya..kalau ikam (kamu) lihat di foto itu kan, ada Ketua Partai Gerindra, ada dari PAN, ada Ketua Fraksi Golkar, kemudian ada juga Ketua PPP,” ungkapnya.(denny setiawan)