Maskuni, Pria 49 tahun ini sangat pantas disebut sebagai “Local Hero” dalam upayanya membangun Istana Kalulut untuk banua, dengan budidaya madu kalulut.
BALANGAN,koranbanjar.net – Keberhasilannya mengembangkan 350 koloni lebah madu kalulut dan upayanya merubah mindset masyarakat dari berburu lebah menjadi pembudidaya lebah patut diajungi jempol.
Warga Desa Haur Batu Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan ini dahulunya juga adalah seorang pemburu sarang lebah madu kalulut.
Lebah hitam berukuran kecil ini dikenal memiliki cita rasa madu yang khas dan segar yang berbeda dengan madu biasanya.
Berawal dari kesembuhan penyakit lambung kronis yang dideritanya dengan mengkonsumsi madu kalulut membuat Maskuni berpikir bahwa madu kalulut akan menjadi primadona.
Hal itu membuat tak hanya Maskuni yang semakin bersemangat berburu tetapi juga masyarakat berbondong-bondong masuk hutan untuk mencari sarang lebah madu kalulut.
Panen madu ala beruang yang dilakukan dengan membelah sarang madu, kemudian memeras kantong madu dan membuang sarangnya membuat koloni lebah mati dan terjadi kelangkaan lebah madu kalulut.
Maskuni merasa gelisah dan takut, di masa depan tidak ada lebah kalulut lagi. Kegelisahan ini mendorong Maskuni untuk berubah. Ia bertekad menyelamatkan dan merawat koloni lebah melalui budidaya lebah madu kalulut.
Pada mulanya, Maskuni dianggap orang aneh dan gila karena ingin merawat dan memelihara lebah madu kalulut yang dipercaya masyarakat sebagai lebah yang tidak bisa dibudidayakan.
Maskuni, tidak menghiraukannya dan tetap melanjutkan budidaya lebah madu kalulut meskipun sangat minim pengetahuan.
“Kami mulai ngambil sedikit demi sedikit kalulut di hutan, awalnya ada 40 sarang yang dibudidayakan di lahan khusus,” ujar Maskuni
Usahanya tak berjalan mulus, teknik yang digunakan Maskuni membuat sarang tidak aktif dan lebah madu kalulut mati.
Namun hal itupun tak juga menyurutkan semangatnya.
“Kami terus mencari informasi bagaimana agar sarang kalulut ini saat dibawa dari hutan ke lokasi budidaya aman,” katanya.
Dan beruntungnya kemudian Ia bertemu dengan tim CSR PT Adaro Indonesia dan akhirnya menjalin kerjasama
Melalui kerjasama dengan PT Adaro Indonesia dilakukan perbaikan budidaya seperti pada proses domestikasi (penjinakan) pada mobilisasi lebah menuju pekarangan rumah, penanaman bunga sebagai makanan lebah, pembangunan rumah sarang buatan dan mesin panen madu.
Selain itu Adaro juga memberikan support untuk pembuatan kemasan madu.
Maskuni juga mempunyai tekad mulia untuk merubah mindset dan mengayomi para pemburu lebah kalulut.
Namun tentunya itu tak gampang, Ia pun mencoba melakukan pendekatan secara secara emosional dengan beberapa strategi, yaitu memberikan bukti konkret hasil budidaya, perhitungan keuntungan sebelum dan sesudah budidaya dan membeli sarang dari pemburu kemudian mengajaknya ke Istana Kelulut sehingga secara tidak langsung mereka akan belajar dan tertarik untuk melakukan budidaya juga.
Alhasil, kini Ia mampu merubah mindset sekitar 32 warga dari berburu menjadi pembudidaya lebah dan bersama Adaro membentuk kelompok yang disebut Istana Kalulut.
Bersama kelompok, Kini Ia berhasil mengembangkan 350 koloni lebah madu kalulut dengan empat variant, Torasica, Itama, Leavicep, Terminata.
“Ini luar biasanya bagus, di mana dulu masyarakat mendapatkan madu kalulut dengan merusak sarang yang ada, kemudian Adaro turun dan mengusahakan agar bisa dilakukan dengan cara berbeda dan terjaga, dengan harga dan produksi yang bisa di-maintain, peluang bagi masyarakat menjadi semakin besar” Ungkap Drs. Wawan Supriatna M.Pd – Kementerian ESDM
Dengan teknik budidaya ini, sejak pertengahan 2018 hingga kini sudah menembus angka 772 liter dengan hasil penjualan 445 juta an rupiah.
Upayanya dalam melestarikan lingkungan tersebut mampu mengantarkan Maskuni meraih beberapa penghargaan.
Diantaranya Adaro CSR Award (ACA) tahun 2019 dan yang terbaru adalah pada ajang Nasional, Indonesia Sustainability Development Goals Awards (ISDA) 2021 sebagai terbaik ke-2 Local Hero.(*mj-42/dya)