Kasus penganiayaan antar dua orang siswa SMAN 7 Banjarmasin, membuat sekolah unggulan tersebut citranya tercoreng akibat peristiwa itu tersebar di berbagai media sosial, maupun media pemberitaan.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bidang Kesiswaan, Philip Rahail dalam wawancaranya kepada media ini, Selasa (1/7/2023) di ruang kerjanya SMAN 7 Banjarmasin, menyikapinya cukup bijaksana.
Menurut Philip, atas adanya kejadian penganiayaan antar sesama muridnya itu, pihak sekolah menganggap hal itu menjadi pembelajaran untuk ke depannya.
“Agar kami lebih berhati-hati dan waspada lagi ke depannya dari hal yang paling kecil sekalipun,” ujarnya.
Dikatakan Philip, pihak sekolah juga menyikapi kejadian ini sebagai sebuah pembelajaran berharga.
“Mudah-mudahan hari-hari berikutnya tidak terulang lagi,” harapnya.
Semenjak sekolah ini berdiri lanjut Philip, kejadian berdarah ini baru pertama kali terjadi, itu pun kata Philip sangat di luar dugaan.
“Kejadian ini sungguh – sungguh tidak disangka dan sangat di luar dugaan,” ucapnya.
Selain itu pihak sekolah juga menganggap peristiwa yang menghebohkan masyarakat Kalimantan Selatan dan warga jagad maya ini adalah sebuah ujian atau cobaan.
“Ini benar-benar musibah sekaligus cobaan,” sebutnya.
Kata Philip lagi, pihaknya mengakui jika kecolongan saat pemeriksaan siswa di pintu masuk sekolah. Sehingga pelaku (ARR) dengan mudahnya membawa senjata tajam ke dalam sekolahan.
“Karena pintu yang di belakang sana berjejal saat mau masuk ke sekolah, siswanya cukup padat sehingga barangkali tidak terpantau maka pelaku mudah saja masuk dengan membawa sajam,” akunya.
Walau demikian dirinya mengklaim satu hari pasca kejadian, kegiatan sekolah berjalan normal bahkan katanya ada beberapa even tetap digelar
“Ini tadi baru saja kita selesai melaksanakan beberapa kegiatan dan even, jadi kejadian kemarin tidak berpengaruh terhadap aktivitas sekolah,” tuturnya.
Sebelum menutup wawancara, dirinya sedikit meluruskan beberapa pemberitaan terkait kasus penganiayaan yang melibatkan kedua muridnya.
Philip mengungkapkan peristiwa penganiayaan kemarin terjadi bukan setelah apel/upacara yakni jam 07.30 Wita pagi.
Padahal sambungnya penganiayaan itu terjadi sebelum upacara bendera.
“Artinya sebelum jam belajar dimulai hanya itu saja sekedar meluruskan,” pungkasnya.
(yon/rth)