Bioflok adalah teknik budidaya ikan dengan bantuan bakteri baik. Bioflok berasal dari gumpalan kehidupan. Gumpalan kehidupan ini berupa bakteri baik yang mengubah kotoran ikan menjadi makanan ikan.
BANJARBARU, koranbanjar.net – Adalah Tajib, seorang pengelola peternak ikan di Banjarbaru yang menggunakan teknik bioflok. Menurutnya, teknik ini akan berhasil jika ada 4 komponen yang saling mendukung.
“Pertama sumber karbon, bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, bakteri pengurai dan ketersediaan oksigen,” ungkapnya saat ditemui koranbanjar.net.
Tajib mengaku usaha ternak ikan dengan teknik bioflok ini sangat menguntungkan dibandingkan teknik lain. “Keberhasilannya bisa lebih maksimal karena ikan jarang mati,” ujarnya beralasan.
Selaku pengelola, Tajib menceritakan dalam sekali panen hasilnya bisa mencapai ratusan juta rupiah. “Sejauh ini sangat menguntungkan dan setiap kali panen bisa menghasilkan ratusan juta rupiah,” imbuhnya.
Dari 96 bioflok yang dimiliki, ada berbagai macam ikan yang diternakan. Diantaranya ikan lele, nila, bawal, papuyu dan gurame. “Ikan yang diternakan bermacam-macam dan kebetulan sebagian sudah di panen, mau di isi ikan lagi,” terang Tajib menunjukan bioflok kosong dan bioflok yang siap panen.
“Besok sore jam 4 ikan lele siap panen. Harganya sekilo sekitar Rp 16.000,” terangnya lebih lanjut.
Secara rinci, Tajib menjelaskan penerapan teknik bioflok ini dengan diameter 5,5 bisa di isi ikan lele sebanyak 5.000 ikan, dan untuk nila ada 2.000 ikan. Untuk makanan sama seperti pada umumnya menggunakan bama. “Satu bioflok kira-kira makanan 4 kwintal bama dan untuk vitamin jenisnya EM4,” ujar Tajib
Untuk ketahanan kolam bioflok sendiri bisa bertahan mencapai puluhan tahun, dan dapat menampung ribuan ikan tiap kolamnya.
“Ikan lele dapat menampung hingga 5.000 ikan, bawal 3.000, nila 2.000, gurame 1.000, dan papuyu 1.000,” ujarnya. (MJ-36/hip)
