Menyedihkan. Kalimat itu cocok ditujukan kepada para pedagang kue khas Banjar yang berjualan di kawasan Pasar Martapura, tepatnya di samping pertokoan Plaza Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Sejak COVID-19 merebak, omset pedagang kue khas Banjar di kawasan itu mengalami penurunan drastic. Tadinya sebesar Rp500 ribu per hari, kini hanya Rp50.000 per hari.
MARTAPURA, koranbanjar.net – Kios Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menjual kue (wadai dalam bahasa Banjar, red) khas Banjar d kawasan Pasar Martapura, tepatnya samping pertokoan Plaza Martapura diresmikan sejak 10 tahun yang lalu.
Pedagang menjual berbagai jenis kue khas Banjar, mulai dari kue cincin, jarring (jengkol), kelelepon hingga dodol. Bahkan kue Barabai juga ada yaitu, apam. Kue-kue khas Banjar dijual dengan harga yang sangat terjangkau mulai dari Rp5.000 sampai Rp25.000, harga itu terbilang sangat murah. Para PKL kue khas Banjar biasa buka dari pukul 7.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA.
Kondisi di sekitar deretan kios kue khas Banjar ini terbilang bersih dan rapi, walaupun terletak di pinggir jalan, bahkan kues yang dijual di sana tidak berdebu sama sekali. Itu membuktikan bahwa kebersihan para pedagang di sana patut di acungi jempol.
Kata salah satu pedagang di sana, Nurul (30), dia berjualan di sana sudah selama 3 tahun. “Di sini memang rutin diadakan kegiatan kebersihan untuk yang di pinggir jalan,” ungkapnya, Kami, (10/06/2021).
Menurut Nurul, penjualan sebelum wabah Covid 19 terhitung sangat ramai, bahkan omset mereka mencapai Rp500.000 perhari. Namun di saat wabah Covid 19 penjualan mereka turun drastis, karena para pembeli takut datang.
Penyebab utama penjualan turun drastis, jelas Nurul, karena wabah Covid 19 dan PPKM. Sehingga menimbulkan kerugian besar bagi para pedagang kue khas Banjar.
“Asalnya omset lumayan banyak, sekarang sesudah wabah Covid 19 menurun pesat, bahkan jadi Rp50.000 per hari,” ucapnya.
Nurul serta pedagang berharap, wabah Covid 19 cepat berlalu, sehingga berjualan kembali normal.(mj-39/sir)