Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Tanah Laut

Webinar Literasi Digital Tanah Laut: Batasi Penggunaan Gadget kepada Anak, Lama Pakai Gadget Tanda Kecanduan!

Avatar
301
×

Webinar Literasi Digital Tanah Laut: Batasi Penggunaan Gadget kepada Anak, Lama Pakai Gadget Tanda Kecanduan!

Sebarkan artikel ini
Webinar Literasi Digital Tanah Laut: Batasi Penggunaan Gadget kepada Anak, Lama Pakai Gadget Tanda Kecanduan!

Keasyikan bermain gadget dan lupa waktu, salah satu tanda kecanduan atau ketergantungan pada internet.

Kehilangan ketertarikan dengan dunia luar, semakin lama durasi menggunakan gadget semakin bertambah, tanda lain dari dampak negatif internet.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

PELAIHARI, Koranbanjar.net – Kecanduan internet menjadi salah satu bahasan itu dikupas dalam webinar “Menyambut Generasi Baru melalui Dunia Digital”, Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Indonesia Makin Cakap Digital, Kabupaten Tanah Laut, Senin (19/7/2021), yang dimoderatori Shabrina Anwari.

Nara sumber webinar, Isma Rachmadani Siregar SS MPd, seorang praktisi pendidikan, menjaga dan mendidik anak di era digital. Era digital, masa ketika informasi mudah dan cepat diperoleh.

Bagaimana cara orangtua terlalu berlebihan menggunakan gadget? Anak dipaksa menyerahkan gadget atau diambil paksa, ada orangtua yang melakukannya seperti itu. “Ada juga orangtua yang membatasi anaknya menggunakan gadget,” kata Isma.

Contoh perkembangan digital, dulu masih memakai buku, sekarang salah satunya i-book, dulu mesin ketik sekarang laptop.

Masalah yang dihadapi orangtua, orangtua sekarang bekerja membutuhkan waktu lebih banyak di luar rumah. Bahkan ada orangtua yang ingin tidak ingin anaknya rewel. “Akhirnya diberilah si anak gadget,” kata Isma.

Orangtua percaya gadget diberikan kepada anak akan belajar positif. “Padahal itu tetap harus ada pendampingan, jangan sampai lengah,” kata Isma. Orangtua kurang informasi dalam edukasi digital.

Kecanduan menggunakan teknologi tidak hanya kepada anak, orang dewasa pun bisa mengalami kecanduan teknologi digital.

“Keasyikan bermain gadget dan lupa waktu, salah satu tanda kecanduan, misal ketika gadget kita simpan,” beber Isma.

Kehilangan ketertarikan dengan dunia luar. Semakin lama durasi menggunakan gadgetnya semakin bertambah.

“Dampak buruknya, penurunan perkembangan otak, bahaya radiasi rasa pusing bahkan bisa menggunakan kacamata, penurunan kemampuan interaksi sosial,” beber Isma.

Mendampingi dan berinteraksi ketika anak-anak menggunakan media digital atau gadget. Gunakan gadget sebagai media belajar. “Tidak menggunakan gadget melebihi batas,” pungkas Isma.

Narasumber Dr Dwi Wijanto, seorang entrepreneur membahas cara aman berinvestasi online. Tips investasi online, miliki kemampuan mengatur keuangan jangka panjang dan jangka pendek. Kenali platform investasinya, lakukan pengamanan berlapis. “Amankan data personalmu,” kata dr Dwi.

Kenali ciri penipuan investasi online. “Paling mudah cek di OJK, bila tidak memiliki izin dan tidak terdaftar di OJK itu investasi bodong,” kata Dr Dwi. Ciri penipuan onvestasi online lainnya adalah platform atau pengelola investasi tidak secara jelas menyampaikan resiko investasi secara transparan.

Nara sumber lainnya, Ira Setiana Khairunnisa SPd, seorang pendidik, konten kreator, dan parenting enthusiast mengupas karaktersitik generasi alpha (Gen Alpha kelahiran tahun 2010-sekarang), mereka lebih faham teknologi, cara belajar mereka sangat personal, masa kecil mereka sangat berbeda, sosial media akan menjadi tempat berkomunikasi yang dominan.

Sementara itu, Mutia Rahmah SPd, guru SMPN 2 Pelaihari mengupas, etika menghargai karya atau konten orang lain di media sosial.

“Medsos dianalogikan bak pisau bermata dua, bisa mengauntungkan bisa menghadirkan dampak buruk, tidak hanya penggunanya maupun orang lain,” kata ibu Mutia.

Kondisi pengguna media sosial di Indonesia saat ini, kita tidak perlu marah. “Kalau kita ingin menerapkan literasi digital, kita harus menghargai konten orang lain. Ramah di dunia maya dan ramah di dunia nyata,” kata ibu Mutia.

“Senyum di dunia nyata, di dunia maya harus diungkapan dengan jari jemari kita di media sosial,” kata ibu Mutia. Budayakan saling menghargai, akan memberikan ‘atmosfer’ positif di media sosial.

Etika membaca atau melihat konten karya orang di media sosial, berpikir sebelum berkomentar sesuatu di media sosial, ketika tidak setuju posting atau konten orang lain. “Berkomentarlah sewajarnya,” pungkas ibu Mutia. (koranbanjar/and)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh