Kelompok pemuda asal Jalan Rantauan, Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS) ini konsisten menghibur netizen di Instagram, dengan video lawak yang dialognya memakai logat khas Kandangan. Sudah 110 konten dibuat dalam kurun 1 tahun. Hingga kini, mereka masih konsisten meski baru tiga kali mendapat endorsement.
Muhammad Hidayat, Kandangan
Sekitar setahun lalu viral video berjudul ‘Kandangan Punya’, menggambarkan penggunaan suatu kata yang kebanyakan dipakai hanya di Kalsel bahkan Kota Kandangan saja, dikemas dengan humor.
Video lawak tersebut, dari akun resmi @ketdolvidgram saja sudah ditonton lebih dari 11 ribu kali, belum lagi direpost akun-akun instagram populer di Kalsel, serta dibagikan ulang oleh para penggemarnya.
Mendapat respon beragam, sekiranya mulai dari situ lah awal mulanya mereka ‘niat’ konsisten mengunggah video, membikin video ‘Kandangan Punya’ part berikutnya hingga kreasi macam-macam yang membuat penggemar tetap tidak bosan.
Beberapa akun video lawak aliran serupa pun bermunculan setelahnya, ada yang bahkan mengunggah video setiap hari, hingga kehabisan ‘ide’ video dan sampai sekarang tidak ada kabarnya.
Mereka juga tidak menampik salah satu inspirator mereka adalah sebuah vidgram dari luar pulau sana yang lebih memakai bahasa Indonesia.
Akun instagram @ketdolvidgram saat ini setidaknya sudah 110 postingan video lucu, dengan tema beragam mulai dari humor percintaan remaja, kritik sosial hingga menggambarkan suasana daerah yang dialognya menampilkan logat khas Kandangan, Kalsel.
Kini, setiap postingan mereka selalu dinantikan 10 ribu lebih followers nya. Setiap postingan diisi komentar warganet yang merasa mengena dihati, terutama para pemudi yang baperan.
Salah seorang penggagas dari kelompok tersebut Zain mengatakan, awalnya mereka setiap hari berkumpul tidak ada kegiatan selain main hp terutama game online dan chattingan.
Siapa sangka dari sebuah bangunan bekas kios di Jalan rantauan HSS yang tak lagi dipakai pemiliknya, dan kebetulan oleh pemilik dipersilahkan memakai untuk sekedar tempat berkumpul menjadi cikal-bakal karya-karya mereka.
Setelah itu ia terpikir bagaimana caranya agar smartphone itu berguna melakukan hal positif, tanpa melakukan hal negatif seperti mabuk-mabukan, berjudi dan juga terjerat belenggu game online.
“Jadi diajaklah teman-teman semua, ayo kita membikin video, agar karya dikenal, utamanya di Kandangan dahulu, di luar itu otomatis tahu ini orang kandangan logat seperti kami,” ujarnya saat didatangi di basecamp mereka usai merekam beberapa shoot video.
Zain mengatakan konsisten tiga kali seminggu menunggah videonya, tetapi membuat video bisa setiap malam, bisa seminggu sekali, bahkan seminggu tidak ada satupun video yang dibuat. Kebetulan mereka rata-rata pelajar dan mahasiswa sehingga hanya bisa membuat video sore hingga malam.
Tetapi sekali kumpul bisa saja membuat lebih dari satu video lucu , entah 3 hingga 5 sehingga dipersiapkan stok video untuk beberapa hari ke depan.
Hasilnya ia mengakui saat ini berkat video-video itu mendapat banyak teman, bahkan saat di jalan sering disapa orang yang senang melihat videonya.
Selain itu Zain mengungkapkan, sejak 13 Maret lalu pertama kali mendapat tawaran endorse, sebuah kedai minuman asal Thailand yang berdomisili di Kota Banjarbaru minta dibuatkan video promo.
Mereka diberi 150 ribu rupiah untuk jasa itu, angka itu relatif sedikit mengingat jumlah anggota tetap mereka sedikitnya 9 orang, belum ditambah anggota simpatisan lain. Uang hasil tersebut tidak dibagi, tetapi dibelikan ke peralatan penunjang membikin video.
Lalu ada usaha Vektor art yang juga dari Kota Banjarbaru minta dibuatkan video promo, mereka masih mau menerima meski imbalannya hanya berupa sebuah kreasi figura bergambar vektor para anggotanya.
Terakhir usaha lokal kaos sasirangan dari Kota Kandangan yang juga minta dibuatkan video promo dengan imbalan yang lumayan, semua anggota tetapnya mendapat kaos sasirangan. Sampai saat ini belum ada lagi tawaran serupa.
Kenapa masih bertahan? Bukan karena materi, visi awal mereka memanfaatkan waktu luang, untuk bermanfaat menghibur diri dan warganet dengan lawakan khasnya.
Meski begitu, diakui Zain agar tidak mengecewakan penggemarnya mereka harus menampilkan video dengan kualitas terbaik, tetapi permasalahannya mereka saat ini masih belum memiliki kamera sendiri.
“Syukurnya ada teman yang masih mau meminjamkan kamera, meskipun tidak enak juga selalu minjam,” ucap mahasiswa FKIP JPOK ULM itu.
Setiap yang berbau publik apalagi media sosial pastinya mendapat komentar beragam, tetapi mereka siap untuk komentar itu.
“Komentar positif pastinya membuat kami senang, tetapi kalau ada komentar negatif justru itu menjadi acuan bagi kami untuk lebih baik lagi,” ujarnya yang diiyakan teman-temannya.
Salah seorang anggota lainnya Ramzani mengatakan komentar di dunia nyata juga beragam dan unik. “Kalau teman-teman lain sering bercanda mengatakan wow jadi artis Ketdol sekarang katanya, sedangkan keluarga biasanya menertawai jika melihat ia saat konten yang tak karuan atau aneh,” ungkapnya tertawa. Meskipun begitu ia mengaku senang.
Dikatakan berhasil konsisten membuat video di instagram, mereka mulai merambah youtube, “Karena dari Youtube durasi video bisa lebih dari satu menit, saat ini sudah lima video di youtube,” ujar Ramzani.
Proses pembuatan sebuah karya video mereka, tidak semudah tertawa menonton video-video berdurasi sekitar satu menitan itu, karena mereka punya cara sendiri. Bahkan saat pembuatan itulah hiburan bagi mereka, kesalahan kata dalam take video sering menjadi bahan tertawaan. (dra)