Tak Berkategori  

Umbi Porang, Tumbuhan Bernilai Ekspor yang Terabaikan di Kabupaten Banjar

Umbi porang atau biasa disebut warga Banjar, Kalimantan Selatan dengan sebutan bagang, ternyata sangat bernilai, bahkan diekspor ke luar negeri untuk menjadi bahan dasar produk kosmetik, lem dan jelly, ternyata di Kabupaten Banjar masih terbaikan.

KARANG INTAN, koranbanjar.net – Umbi porang atau bagang sementara ini lebih banyak terdapat di hutan-hutan, semak belukar atau di sekitar lahan perkebunan karet. Masyarakat Kabupaten Banjar, khususnya pekebun biasanya menemukan tumbuhan ini di sekitar lahan karet mereka.

Tumbuhan bagang terdapat beberapa centimeter di dalam tanah, seperti bongkahan mirip dengan singkong atau umbi-umbi lainya. Tumbuhan ini diketahui memiliki dua jenis, ada yang berduri dan tanpa duri.

Tumbuh Alami

Petani kebun mencari tumbuhan ini di sela waktu, untuk dikumpulkan, kemudian dijual lagi. Umbi porang tumbuh secara alami atau liar di Kabupaten Banjar, bahkan diperkirakan belum ada perusahaan swasta, apalagi pemerintan melirik untuk membudidayakan.

Padahal di luar Kalimantan Selatan, tumbuhan ini memiliki nilai yang lumayan tinggi.

Menurut petani karet asal Desa Pandak Daun, Darkan (70), tumbuhan bagang ini sangat berpotensi dibudidayakan. Persoalannya, orang seperti dia tak mungkin mampu membudidayakan, karena tidak memiliki modal.

“Kalau ada yang bisa membubidayakan, wah saya mau sekali. Saya sudah punya tanah, tinggal membuka kebunnya. Persoalannya, saya tidak punya ini. Andaikan pemerintah atau pihak swasta ada yang membudidayakan, ini sangat potensial,” ucapnya sambil menempelkan ibu jarinya dengan telunjuk.

Di Jawa sudah Dibudidayakan

Hal senada dikemukakan Sarmini, warga Desa Mali-Mali, Karang Intan, yang kebetulan orangtuanya di Pulau Jawa merupakan pengepul umbi porang.

“Kalau di Jawa namanya coblo. Orangtua saya sering beli tumbuhan ini. Biasanya bibit yang kecil seharga Rp125.000 per kilo. Kalau sudah besar atau ditanam selama tiga tahun seharga Rp125.000 per bijinya,” ungkap Sarmini.

BACA JUGA

Di kampungnya, menurut Sarmini, ada seorang petani biasa yang sudah kaya, karena membudidayakan umbi porang.

“Kalau nggak salah, lahan bagang yang sudah jadi, maksudnya udah membudidaya, kemudian mau dibeli orang satu miliar, dia nggak mau,” beber Sarmini.(sir)