Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Tabalong

Tradisi Maulid Makan Batalam Warga Banua Lawas Tabalong

Avatar
44
×

Tradisi Maulid Makan Batalam Warga Banua Lawas Tabalong

Sebarkan artikel ini
Tradisi Makan Batalam masyarakat di Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW (foto: anb/koranbanjar.net)

Makan Batalam atau makan bersama dalam satu nampan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Tabalong.

TABALONG, koranbanjar.net – Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Banua Lawas yang bermukim di Bantaran Sungai Tabalong tepatnya di Desa Hapalah, Bangkiling Raya dan Bangkiling.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Tradisi religius yang dilakukan ketiga desa tersebut sudah lebih satu abad yang lalu sejak zaman nenek moyang dahulu hingga saat ini masih tetep eksis.

Makam Batalam biasanya bisa dapat dijumpai saat peringatan hari kelahiran atau Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Bahkan sudah termasuk dalam warisan budaya kearifan lokal yang perlu dilestarikan. Tradisi ini bermula dari adat kerajaan Banjar untuk menyambut tamu-tamu agung atau tamu Istimewa yang berkunjung ke kerajaan.

Ini merupakan adat timur tengah yang dibawa oleh para ulama yang belajar di Saudi Arabia dan kembali ke tanah air untuk mengajarkan ilmunya pada masyarakat.

Makan Batalam menurut istilah masyarakat Tabalong yakni makanan yang di hidangkan dalam talam atau nampan dengan menu terdiri dari satu ekor bebek atau ayam dipotong menjadi dua bagian

Masakannya dengan cara dipanggang ditambah kuah serta sayur-sayuran yang dapat disantap oleh 4 sampai 6 orang dalam satu nampan.

Kepala Desa Hapalah, H Anang Acil menjelaskan bahwa makan betalam ini sebagai ajang silaturahmi antar warga di Wilayah Banua Lawas.

“Silaturhim sesama warga sehingga dapat saling kenal mengenal satu sama lain,” jelasnya saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan 17 Mei, Kecamatan Banua Lawas, Kamis (03/10/2024).

Hikmah yang dapat menjadi pelajaran dalam makan batalam ini semangat gotong royong dan saling membantu dalam mempersiapkan hidangan.

Lalu, menerima hidangan yang telah disuguhkan dengan tidak memilih yang lain, begitu juga dengan kehidupan menerima takdir yang telah digariskan Allah SWT.

Lebih lanjut, tidak serakah dalam menyantap hidangan yang dimakan bersama, menjaga adab dan sopan santun antara yang tua dengan yang muda.

“Tidak ada perbedaan antara sesama manusia baik atasan maupun bawahan karena yang kita makan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan,” ujar Anang.

(anb/rth)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh