Puluhan wahana bermain untuk anak-anak tersedia di Taman Van Der Pijl, Kota Banjarbaru. Tiap hari Sabtu dan Minggu, taman ini selalu ramai dengan anak-anak yang ingin menikmati berbagai permainan dengan biaya yang relatif murah. Mengapa harus bayar? Karena penyedia wahana bermain di taman ini juga tidak gratis, mereka harus setor ke Pemko Banjarbaru. Bahkan tatkala hari hujan sekalipun, di saat pengunjung sepi, mereka tetap setor.
BANJARBARU, koranbanjar.net – Minggu sore, (4/7/2021) sekitar pukul 17.15 WITA, suasana di Taman Van Der Pijl masih terlihat ramai dengan para orang tua yang sedang mengajak anak-anak mereka bermain. Ada yang menawarkan bermain tembak-tembakan, masak-masakan sampai main sepeda mini.
“Ayo bu, pak.., silakan kalau mau main menembak, 30 peluru cuma sepuluh ribu,” ajak seorang ibu pengelola permainan menembak, saat koranbanjar.net menghampiri.
Seorang ibu ini mengelola 4 permainan bersama suaminya asal Jl Menteri 4 Gang Sejahtera, Kota Martapura. Mereka mengelola permainan menembak, masak-masakan, main pasir dan sepeda mini.
Suaminya yang bernama Andin Latif tengah sibuk memperbaiki satu sepeda mini yang sering rusak. “Ya ini pak, sering lepas rantai sepedanya, ini sedang diperbaiki,” ucap Andin Latif ketika diajak ngobrol.
Tidak sampai di situ, Andin Latif pun menceritakan berbagai wahana bermain di Taman Van Der Pijl yang dikelolanya sejak sekitar tahun 2016 silam. “Pengelola bermain di sini tergabung lewat Paguyuban Wahana Bermain Banjarbaru. Jumlah pengelola wahana bermain sekitar 15 sampai 16 orang. Namun satu orang rata-rata mengelola dua sampai empat permainan,” ungkapnya.
Disinggung tentang suka duka mengelola wahana bermain di Taman Van Der Pijl itu, Andin Latif mengatakan, sukanya kalau cuaca di hari Sabtu dan Minggu cerah, sehingga pengunjung banyak yang datang. Dukanya, kalau cuaca pas hujan, pengunjung sepi sehingga hasil yang diperoleh pun tidak memadai. Sementara mereka harus tetap bayar ke Dinas Perkim Kota Banjarbaru.
“Buka wahana di sini harus izin ke Perkim. Kami semua urunan (patungan), untuk di hari Sabtu dan Minggu membayar Rp5 juta. Jatuh-jatuhnya buka satu permainan sebesar Rp20 ribu, kalau saya buka 4 permainan berarti Rp80.000. Nah kalau dua hari (Sabtu dan Minggu) maka saya harus bayar Rp160.000. Itu kalau semua pengelola buka, kalau ada yang tidak buka, bayarnya bisa lebih. Karena berapa orang pun yang buka, harus membayar total Rp5 juta,” bebernya.
Ditambahkan, biaya yang dikeluarkan tersebut masih aman diperoleh bilamana kondisi normal, seperti cuaca cerah. “Kalau hari hujan, pengunjung sepi, bayarnya tetap, itu dukanya,” kata Latif.
Andin Latif juga menceritakan, modal usaha untuk menyediakan wahana bermain juga tidak sedikit. Untuk permainan masak-masakan saja dia harus mengeluarkan modal sebesar Rp5 juta, karena membuat kompor permainan dirancang sendiri. “Kalau membeli yang sudah jadi, kompor rakitan itu jauh lebih mahal, bisa mencapai jutaan rupiah per biji. Kompor yang dirakit itu bukan kompor bekas, melainkan kompor yang baru, kemudian dirancang sendiri,” katanya.
Belum temasuk modal usaha permainan menembak yang membutuhkan modal sekitar Rp8 juta. Kemudian menyediakan sepeda mini sebanyak 10 buah, modalnya tak kurang dari Rp10 juta. “Kalau ditotal ya tidak kurang dari Rp25 juta, tapi dibeli tidak sekaligus, satu per satu,” ujarnya.
Sedangkan hasil yang diperoleh, menurut Andin Latif, rata-rata sekitar Rp500.000 (kotor) per satu kali buka untuk 4 permainan, kalau buka 2 hari diperoleh Rp1 juta. “Kami kan bukanya cuma Sabtu dan Minggu. Biasanya untuk dua hari itu kami memperoleh sekitar satu juta lah dan itu dari empat permainan, beda mereka yang cuma buka satu atau dua permainan saja. Hasil itu juga diperoleh saat cuaca cerah, kalau hujan ya beda lagi,” ungkapnya.
Andin menambahkan, suasana yang ramai pengunjung pun tidak sepanjang waktu. “Biasanya yang ramai itu, habis sholat ashar atau jam empat sore hingga jam enam. Waktu magrib sampai menjelang isya sepi, habis isya ramai lagi,” tutupnya.(sir)