Siang Rabu, (04/09/2019) itu, usai pelantikan anggota DPRD Kabupaten Banjar periode 2019-2024, saya bertemu dengan seorang anggota dewan yang baru saja dilantik. Parasnya cantik, ramah dan memiliki wibawa layaknya seorang anggota dewan. Dia lebih dikenal dengan sapaan ibu Soraya. Setelah berbincang-bincang sebentar, kemudian saya diundang ke rumahnya di Jl Pendidikan Martapura. Tiba di rumahnya, Soraya langsung menyambut dengan senyum khasnya, kemudian mempersilakan saya masuk. Bagaimana perbincangan kami, ikuti tulisan berikut.
MUHAMMAD NURHUDA, Martapura
Mendapatkan sambutan yang begitu hangat, membuat saya agak sedikit serba salah. Terlebih Soraya dikenal sebagai seorang anggota dewan yang sudah berpengalaman malang melintang di dunia politik. Soraya diketahui memiliki mental politisi sedari muda. Keadaan itu terbentuk secara alami dari bimbingan orangtuanya yang telah mempunyai jiwa sosial tinggi. Berawal dari situlah, koranbanjar.net menggali latar belakang sosok seorang Soraya.
Biografi atau kisah perjalanan politik yang dialami Soraya berawal dari “gemblengan” kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya ini dikenal memiliki jiwa yang sangat sosial terhadap masyarakat, khususnya masyarakat di lingkungan orangtuanya tinggal di Desa Pakauman, Martapura.
Sebelum adanya program Jamsostek dan BPJS, ayahnya yang bernama H. Amir Thalib sangat aktif melakukan kegiatan sosial. Tanpa diminta, bila menjumpai orang sakit, terutama mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, seperti ketiadaan dana untuk berobat, Amir Thalib langsung turun tangan.
Begitu pula tatkala mendapati rumah warga yang reot atau tempat ibadah yang mengalami kekurangan fasilitas, ayahnya secara spontan mengerjakan bedah rumah atau membantu masjid.
Bagaimana dia bisa membantu itu semua, sedangkan latar belakang keluarganya terbilang sederhana? Nah, ayahnya berusaha mengumpulkan dana bantuan dari relasi, donator atau dari lingkungan keluarganya sendiri. “Sejak itulah, kegiatan bakti sosial bisa terlaksana sampai sekarang,” ungkap Soraya.
Sejak itu pula, lanjut Soraya, kegiatan-kegiatan sosal tersebut masih terlaksana, sampai dirinya dipercaya masyarakat menjadi anggota dewan. “Akhirnya saya menjadi anggota dewan, kegiatan sosial itu bisa dilaksanakan, sehingga bisa meringankan tugas ayah saya,” kata Soraya.
Kebiasaan ayah kandung Soraya itu mendapat dukungan penuh dari istrinya atau ibu kandung Soraya. Sehingga memudahkan ayahnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial.
“Sifat ayah itu senang bermasyarakat, makanya rumah keluarga kami, sering penuh dengan orang-orang yang senang berteman dengan sosok ayah. Apalagi semua dibantu dengan ibu yang mempunyai sifat baik hati, sehingga sangat membantu dan meringankan tugas ayah,” jelasnya.
Soraya pun berkaca-kaca menceritakan kedua orangtuanya, terutama manakala menyebutkan ibunya. Mengingat ibu kandungnya itu sudah tiada.
“Mereka berdua bukanlah orang hebat, mereka bukanlah orang politisi dan mereka bukanlah pedagang yang sukses, mereka hanyalah keluarga sederhana, tapi mereka selalu merakyat,” ujar Soraya lirih.
Dengan didikan kedua orangtua itu, Soraya bisa menjadi seperti sekarang. Kebiasaan yang dilakukan kedua orangtuanya sudah dilihat dan dipelajarinya sedari kecil, Soraya sering diajarkan harus bisa mengutarakan pendapat sejak dini. “Sering berdebat bukan berarti melawan,” kata Soraya.
Sementara itu, di waktu kecil, kenang Soraya, dia sering diajak ayahnya ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) untuk mencoblos. Waktu itu, hanya ada tiga partai. “Sampai penghitungan suara, ayah selalu hadir di acara-acara partai, tapi beliau bukan timses, melainkan mengisi acara hiburan di acara tersebut sebagai seniman. Saya berkata dalam hati, suatu saat aku akan berdiri di atas panggung ini bukan sebagai mengisi acara hiburan, melainkan yang berbicara di depan masyarakat yang ada di sana,” kenangnya.
Selain beberapa hal di atas, ayah kandung Soraya juga seorang pecinta sepak bola. Hobi yang dimiliki orangtuanya itu membuat Soraya juga kerap ikut bersama ayahnya. Dari semua itu terbentuklah karakter Soraya, sebagai seorang yang berani tampil dari ayahnya, kemudian karakter keibuan dan wanita yang kuat dari didikan ibunya.
“Ibu saya pernah berpesan dan ini satu-satunya warisan dari ibu, bukanlah harta ataupun lainnya melainkan sebuah motivasi, Soraya jadilah wanita yang sukses sekolahlah yang tinggi dan jadilah orang yang berguna untuk rakyat,” ucap Soraya menirukan pesan ibunya.
Di balik latar belakang orangtua sebagai pedagang, Soraya sudah didik untuk menciptakan sekat antara berwirausaha dan berpolitik. Politik bertujuan untuk pengabdian, kemudian berdagang untuk keperluan pribadi.
“Saya walaupun anggota dewan, tapi tetap berwirausaha dan saya tidak mau berada di zona nyaman saya tetap bekerja dan itulah yang diajarkan orangtua saya,” kata dia.
Di acara pelantikan, Rabu 04 September 2019 tadi, ayah Soraya ikut hadir untuk mendampinginya. Orangtuanya memberi nasihat, kemudian memberikan ucapan selamat. “Tetaplah menjadi anggota dewan yang baik, jujur, amanah, bisa membedakan antara halal dan haram aku selalu mendukung,” pesang ayahnya.
Itulah salah satu nasihat ayahnya yang selalu dipegang dan selalu diingat, untuk menjadi wakil rakyat yang bisa menjaga dan mendengarkan aspirasi rakyatnya.(bersambung)