Setelah wabah Covid-19 merebak, semua sekolah libur. Salah satu dampaknya juga dialami penjahit pakaian. Karena tidak ada lagi anak-anak sekolah yang harus menyiapkan seragam, ujungnya usaha sebagai penjahit mengalami kembang kempis.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Penjahit asal Jalan Prona Gang Rahmat Ilahi No 08 RT 23/RW 002, Kelurahan Pemurus Baru, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Ilhamni (47) alias Adul mengaku, sangat merasakan dampak pandemi Covid-19.
Kepada wartawan koranbanjar.net, Senin, (5/4/2021) menjelaskan, selama masa pandemi ini pekerjaan yang sudah hampir 20 tahun digelutinya, baru tahun ini menghasilkan pendapatan yang sangat minim.
“Sekarang penghasilan yang didapat sehari cuma Rp50.000, itu pun tidak setiap hari,” ungkapnya.
Pasalnya tidak ada lagi pekerjaan borongan menjahit yang sebelumnya pernah dikerjakan sebelum datangnya pandemi. Biasanya Adul mendapat penghasilan dari upah menjahit Rp120.000 per hari.
Kini keadaan berbalik, kata Adul, setelah sekolah libur tidak ada lagi yang memesan pakaian seragam. “Biasa ada saja orang-orang sekitar sini yang menjahit baju sekolah,” ungkapnya.
Untuk menutupi kurangnya penghasilan yang didapat dari jasa menjahit, istrinya ikut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan kue ke warung-warung. “Alhamdulillah hasilnya rata-rata Rp50.000 sehari, kadang kurang dari itu karena tidak semua laku,” katanya.
Sekedar diketahui, Adul adalah salah seorang penjahit yang memiliki pengalaman luas. Dia menjahit sejak umur 17 tahun, pengalaman menjahit sudah dijalaninya di beberapa daerah, seperti Makassar dan Balikapapan. Keahlian menjahit diperoleh dari pamannya.
Adul memiliki 3 anak, anak pertama sudah bekerja dan yang kedua masih SD kelas 6, kemudian yang ketiga masih umur 6 bulan. “Jadi, di masa pandemi ini saya harus benar-benar berpikir keras untuk keluarga saya,” tutupnya.(mj-33/sir)