BANJARMASIN, koranbanjar.net – Pituah Sultan Suriansyah yang terlahir pada masa kerajaan di tahun 1520-1540 menjadi sebuah pituah yang agung dan berpengaruh bagi rakyat Banjar. Di dalamnya terkandung makna yang kuat, sebagai bentuk perlindungan kepada rakyat Banjar. Sultan Suriansyah tak membedakan apa jua pun asal dan ras rakyat Banjar, selain menyerukan kesatuan dan perdamaian.
Sementara itu, jejak Kesultanan Islam di negeri ini, faktanya lahir tidak terlepas dari nafas dan prinsip-prinsip Islam yang kuat. Sehingga perjalanan sejarahnya tidak lepas dari nilai keadilan, budi-pekerti dan tradisi istimewa untuk merangkul semua elemen masyarakat yang agamis dan kultur budaya ketimuran di wilayahnya.
Pituah Sultan Suriansyah (bertahta mulai tahun1520 – 1540 ) yang ditujukan kepada bangsa Banjar dan amat terkenal itu menunjukan kekuatan fondasi Kesultanan Banjar atas prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam serta lekat dengan karakteristik pluralitas.
Sejarah penyampaian petuah dari Sultan Suriansyah tersebut kembali terulang di masa kebangkitan Kesultanan Banjar. Sultan Haji Pangeran Khairul Saleh Al Mu’tasim Billah dalam Milad Kesultanan Banjar telah membacakan pituah yang begitu agung serta menempatkan nafas Islam sebagai platform membangun nilai pluralitas di tanah Banjar.
Inilah petuah yang sangat khas dengan Kebanjaran dan menyentuh sanubari rakyat Banjar itu;
“Wahai sekalian anak bangsa nang Biajukah, Balandiankah, Dusunkah, Jawakah, nang disungai-kah, atawa di gunung-kah, kalian semua adalah banjaranku (rakyatku), hendaklah hidup damai di negeri dan dalam perlindunganku.”
“Pituah ini menjunjung rasa kebangsaan, kebhinekaan, keindonesiaaan dan kenusantaraan,” demikian dituturkan Sultan Banjar, Khairul Saleh.(sir)