Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar

Prospek Tambang Mutiara Hijau dari si Polong Hitam

Avatar
324
×

Prospek Tambang Mutiara Hijau dari si Polong Hitam

Sebarkan artikel ini

Program Food Estate telah digulirkan bagai, dua sisi mata uang, berperan untuk percepatan memakmurkan petani dan Swasembada pangan nasional, di lahan sub optimal. Di sisi lain, prospek menjanjikan tambang mutiara hijau dari si polong hitam.

TAPIN,koranbanjar.net – Kendala dihadapi saat ini adalah indek nilai tukar dan nilai tambah belum optimal. Sehingga masih belum memotivasi petani milenial.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Untuk mendukung program unggulan Kementerian Pertanian RI, perlu inovasi yang kompetitif.

Memotivasi pelaku usaha untuk melirik peluang pemanfaatan lahan sub optimal, dengan segala tantangan dan kendala yang ada.

Salah satu inovasi pemilihan jenis dan pola budidaya yang diterapkan. Sangatlah logis jika pelaku usaha tidak banyak alternatif pilihan baik inovasi teknologi atau komoditas yang akan dikembangkan kurang menarik bagi mereka.

“Sehingga tugas kita adalah bekerja cerdas dengan memberikan banyak paket alternatif teknologi yang mempunyai nilai kompetitif dan indek nilai tukar ekonominya mampu bersaing dengan usaha lainnya,” papar Widyaiswara Budiono saat lakukan kajian tumpangsari di lahan praktek,Inkubator Agribisnis, BBPP Binuang. Kamis (05/11/2020)

Food Estate di Kabupaten Kapuas tahun 2020 ditargetkan 20.000 Ha, dari total 165.000 Ha untuk tiga tahun kedepan bersama kabupaten Pulang Pisau (Pulpis).

Sebagai UPT yang menjadi tuan rumah Program “Food Estate Kalimantan Tengah 2020, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang Dr Yulia Asni Kurniawati MSi spontan merespon dengan mempersiapkan Inovasi teknologi materi pelatihan.

Program dan kegiatan untuk memperkuat Sumber Daya Manusia pelaku Food Estate, yang dirasa masih lemah baik informasi, pengetahuan, skill dan spirit khususnya para petani milenial.

“Salah satu untuk mewujudkan dan menarik perhatian kaum milenial berusaha dibidang pertanian adalah adanya jaminan kesejahteraan/kemakmuran,” kata Yulia.

Mengingat lahan food estate termasuk kategori lahan marginal sub optimal, maka diperlukan inovasi – inovasi untuk mewujudkannya.

Yulia menambahkan, salah satu inovasi yang telah dikaji adalah optimalisasi lahan marginal sub optimal ini adalah memanfaatkan surjan –surjan dengan tanaman.

Melalui inovasi dapat meningkatkan nilai tambah dan kompetitif dengan komoditas lainnya serta nilai ekologi yang tak ternilai.

“sehingga lambat laun lahan sub optimal ini mampu menjadi lahan yang mempunyai nilai tingkat kesesuaian lahan yang meningkat,” jelas Yulia.

Sehingga membuka peluang pengembangan berbagai ragam jenis komoditas yang sebelumnya belum dapat dikembangkan di lahan sub optimal.

Hasil kajian secara riil menunjukkan nilai kompetitif dan nilai tambah yang dikembangkan mulai hulu hingga hilir diterapkan di lahan praktek, Inkubator Agribisnis (IA), BBPP Binuang, menunjukkan hasil.

Kacang Hijau menunjukkan hasil meyakinkan bahwa dengan pola tanam tumpangsari, inovasi teknologi dan penerapan yang baik tidak akan menurunkan potensi produktivitas masing masing individu jenis tanaman.

Hal ini terbukti Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) diatas 1.0 yaitu 1.4 dengan produktifitas 1.76 ton/Ha, dengan tanam jagung pakan yang mampu bertongkol lebih dari 1.

“Peluang untuk menambah penghasilan dari nilai tambah inovasi teknologi baik produk baby corn (janten) , tongkol jagung muda dan hasil jagung pipilan dari tongkol tua,” pungkas Budiono. (bbppbinuang/dya)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh