BANJARMASIN, koranbanjar.net – Penggalian potensi hasil tambang batu bara di sektor ekspor untuk lebih meningkatkan bea dan cukai di Banjarmasin, dinilai Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC ) Tipe Madya Pabean B Banjarmasin Kurnia Saktiawan belum optimal.
Padahal, dikatakannya, ekspor batu bara penyumbang pungutan bea dan cukai terbesar di Banjarmasin. Namun sayangnya, ekspor tidak dilakukan secara langsung dari Banjarmasin. Melainkan harus melalui Surabaya.
“Saya sudah berusaha agar ekspor itu bisa langsung dari Banjarmasin. Karena rata-rata ekspor dari Banjarmasin saat ini melalui Surabaya atau ke Tanjung Priok dulu,” ungkap Kurnia, belum lama tadi.
Menurutnya, seharusnya ekspor dari Banjarmasin bisa dilakukan langsung tanpa harus melalui daerah lain.
“Makanya nanti saya akan undang agen pengangkut untuk mengetahui bagaimana dia bisa menderek barang ekspor. Minimal, bisa menghemat biaya jika tidak melalui Surabaya,” ujarnya.
Dia menyampaikan, selain batu bara, komoditas lainnya seperti karet, arang, juga diekspor dari Banjarmasin melalui Surabaya.
“Inilah kenapa potensi daerah jadi tidak terpotret. Karena secara garis data itu ialah dari Surabaya. Padahal produknya dari Banjarmasin,” katanya.
Kurnia berharap, tahun depan Banjarmasin memiliki derek ekspor sendiri yang bisa dioperasikan dari Banjarmasin agar dapat menghemat biaya pengeluaran. (ags/dny)