Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar

Polisi Ungkap Fakta-fakta Ledakan Bom di Gereja Katedral

Avatar
478
×

Polisi Ungkap Fakta-fakta Ledakan Bom di Gereja Katedral

Sebarkan artikel ini

Polisi membeberkan sejumlah temuan terkait ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus atau Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan. Ledakan bom terjadi pada Minggu (28/3/2021), sekitar puku 10.28 Wita. Temuan itu mengenai korban luka hingga terduga pelaku.

JAKARTA, koranbanjar.net – Ledakan bom pada Minggu siang itu terjadi setelah jemaat Gereja Katedral menyelesaikan misa.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Argo Yuwono membeberkan sejumlah temuan polisi dari insiden tersebut.

  1. Terduga Pelaku 2 Orang

Polisi mengungkapkan terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral yang beralamat di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar itu, dilakukan oleh dua orang.

Polisi menyebut, saat melakukan aksi bom bunuh diri, terduga pelaku mengendarai sepeda motor. Salah satu pelaku (laki-laki) disebut tewas dalam aksi.

Terduga pelaku itu disebut sempat ingin masuk ke halaman gereja, tetapi sempat dihadang petugas keamanan gereja.

“Pada awalnya, pelaku yang diduga menggunakan roda dua ini, dia akan memasuki pelataran gereja yang kebetulan pada jam tersebut sudah selesai kegiatan misa, dan mungkin melihat banyak yang keluar. Saat itu tidak full (jemaat) karena sesuai protokol kesehatan, tentunya dari dua orang tadi dicegat oleh petugas keamanan gereja, dan kemudian terjadi ledakan itu,” tutur Argo, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Minggu siang tadi.

  1. 14 Korban Luka-luka

Mabes Polri menyebut 14 orang yang merupakan jemaat gereja dan petugas keamanan mengalami luka-luka akibat ledakan bom itu. Para korban di antaranya mengalami luka-luka pada bagian wajah, leher, dada hingga kaki. Luka-luka itu diduga akibat serpihan ledakan bom.


Baca juga: Gereja Katedral Makassar Diguncang Bom Bunuh Diri, 14 Orang Terluka


Para korban segera dilarikan ke rumah sakit setempat dan mendapat perawatan medis. Diketahui, tiga orang dilarikan ke di RS Stella Marris, tujuh orang ke RS Akademis, dan empat orang dibawa ke RS Pelamonia.

  1. Olah TKP

Argo mengungkapkan polisi tengah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Langkah itu dilakukan guna mengetahui pasti perihal ledakan dan kemungkinan adanya jaringan terorisme dari terduga pelaku.

“Kita sudah menggelar police line, kita akan menyisir, kita akan olah TKP, entah itu metode spiral untuk melihat barang bukti. Dari Inafis dan Puslabfor saat ini sedang menyisir. Baik temuan tubuh korban, serpihan sedang kita olah,” ungkap Argo.

“Setelah kita dapat hasil olah TKP, kemudian kita ketahui sumber ledakan, apa itu berupa satu bom, apa itu high explosive atau low explosive. Itu bagian penyelidikan Densus. Nanti kita bisa ketahui jaringan mana. Mohon bersabar, kita sedang lakukan penyelidikan,” sambungnya.

  1. Kecaman Ormas dan Pemerintah

Sejumlah warga serta pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat (ormas), mengutuk keras insiden di depan Gereja Katedral itu.

Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD menegaskan, aparat penegak hukum akan bekerja semaksimal mungkin, termasuk mengungkap jaringan teroris terduga pelaku.

“Pemerintah mengutuk keras teror bom bunuh diri tersebut dan akan terus melakukan pengejaran terhadap jaringan para pelakunya. Jika ada yang tahu atau mencurigai sesuatu yang terkait dengan peristiwa tersebut harap menginformasikan ke kantor polisi terdekat atau ke aparat terkait,” kata Mahfud dalam akun twitternya, @mohmahfudmd, siang tadi.

  1. Ada Kemiripan Ideologi dengan Pelaku Bom Gereja Surabaya

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan ada kemiripan ideologi antara pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dengan tiga bom bunuh diri di Surabaya pada 2018 lalu.

“Ya setidak-tidaknya cara berpikir pelaku dan sikap pelaku memiliki semacam kemiripan (dengan pelaku bom bunuh diri di Surabaya). Pelaku bisa memiliki kesamaan pemahaman dalam hal ideologi,” tutur Boy.

Namun, Boy menyangkal insiden itu merupakan bentuk kecolongan lembaganya. Dia mengatakan BNPT tidak merasa kecolongan lantaran aksi kejahatan bisa terjadi secara dinamis, sehingga tidak mudah dideteksi.

“Jadi, niat melakukan kejahatan tidak serta merta mudah dideteksi, mereka mencari kesempatan kemudian melakukan aksi. Kita tidak menutup kemungkinan mengenai fakta bahkan aparat keamanan, termasuk polisi, yang sedang bertugas pun menjadi target. Ini sebuah kejahatan extra ordinary,” ujarnya. (cnn/dny)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh