MARTAPURA, koranbanjar.net – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar mendorong para petani untuk bisa mengembangkan tanaman rempah serta biofarmaka.
Bukan tanpa alasan. Pasalnya, di tanah Kabupaten Banjar tanaman tersebut bisa tumbuh cukup subur dan bisa diolah menjadi produk lanjutan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Banjar Muhammad Fachry menjelaskan, pengembangan aneka rempah dan biofarmaka terpusat di Kecamatan Sungai Pinang dan Pengaron.
“Selama ini petani di kedua kecamatan tersebut membudidayakan secara swadaya dan sudah turun-temurun sejak puluhan tahun yang lalu, karena permintaan komoditas hortikultura tersebut untuk bumbu dapur, kesehatan dan kecantikan,” jelasnya, Senin (15/7/2019), seperti dikutip dari press release MC-Banjar.
Pihaknya juga telah memberikan pelatihan pengolahan komoditas hortikultura menjadi massage oil berbahan rempah atau tanaman biofarmaka, jahe dan kencur.
Di Kecamatan Sungai Pinang, kedua tanaman ini sangat melimpah sehingga perlu strategi untuk mengatasi harga anjlok ketika panen berlimpah.
Peluang potensi bisnis, pengolahan message oil berbahan rempah atau tanaman biofarmaka memiliki nilai ekonomi yang cukup besar, karena hampir digunakan semua orang untuk kesehatan, spa dan relaksasi serta untuk kebutuhan pribadi keluarga.
“Saya berharap setelah mengikuti pelatihan tersebut petani dapat meningkat keterampilannya dalam usaha pengolahan hasil pertanian agar diterima oleh pasar, dan dapat memperpanjang daya simpan, mempertahankan kesegaran serta dapat dijadikan alternatif ketika harga produk segarnya anjlok saat panen berlimpah,” tandas Fachry.
Sedangkan Kabid Teknologi Pertanian Pengolahan dan Pemasaran Dinas TPH Banjar Hj Candra Dewi mengatakan, tujuan utama melatih petani untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam penanganan pasca panen komditas hortikultura khususnya tanaman biofarmaka.
“Pelatihan ini juga untuk mempercepat penyebaran informasi teknologi pasca panen, dan yang paling utama untuk mewujudkan desa percontohan one village one product atau satu desa satu produk unggulan,” katanya.
Pelatihan diikuti 25 petani milenial yang berasal dari 6 Desa di Sungai Pinang yakni Desa Kahelaan, Sumber Baru, Rantau Nangka, Sumber Harapan, Belimbing Lama dan Belimbing Baru.
“Petani milenial adalah petani yang berusia muda antara 19 – 39 tahun atau yang berjiwa milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital sehingga tidak kaku dalam melakukan mengadopsi teknologi,” imbuh Ida Fitriani selaku Kepala Seksi Pembinaan Mutu Pengolahan dan Pemasaran Dinas TPH Banjar.
Ida mengatakan sudah berhasil memproduksi massage oil berbahan bunga melati, mawar dan kenanga. Sebagai narasumber adalah Nana Faridah, SP selaku praktisi dalam pembuatan produk-produk herbal dan telah sering mengikuti pelatihan pengolahan hasil pertanian baik di dalam maupun luar negeri. (dra)