Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar

Penyebab Utama Kekeruhan Sungai Amandit Disikapi Bersama

Avatar
470
×

Penyebab Utama Kekeruhan Sungai Amandit Disikapi Bersama

Sebarkan artikel ini

Menyikapi kondisi lingkungan Sungai Amandit yang sedang mengalami kekeruhan, Dispera KPLH Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan pecinta alam bersama-sama mencari faktor penyebab utama hal itu, Kamis (04/02/2021).

HULUSUNGAISELATAN, koranbanjar.net – Sejak awal Desember 2020 sampai Februari 2021 atau kurang lebih selama dua bulan, air Sungai Amandit mengalami kekeruhan berwarna kuning kecoklatan (warna tanah).

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Sepanjang aliran sungai yang merupakan kebanggaan masyarakat setempat sebagai daya tarik bagi wisatawan luar ini kondisinya dipastikan cukup tercemar.

Menanggapi itu, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Dispera KPLH) HSS bersama pecinta alam terjun menggali penyebabnya.

Bagian hulu Sungai Amandit, terdapat sebanyak tiga buah longsoran besar diketahui telah menutupi anak sungai yang mengalir langsung ke Sungai Amandit.

Ketiga anak sungai itu, yakni di Sungai Landuyan, Malaris dan Sungai Tanuhi menurut Dispera KPLH HSS disinyalir sebagai penyebab utama terjadinya kekeruhan pada Sungai Amandit.

“Beberapa waktu lalu, wilayah kita hujan deras disertai angin kencang yang mengakibatkan longsor pada bagian atas pegunungan Meratus,” kata Kepala Dispera KPLH, Ronaldy Prana Putra.

Pihaknya juga telah melakukan survei awal dengan ditemani sejumlah pecinta alam yang ada di wilayah Kabupaten HSS.

Kepala Dispera KPLH HSS, Ronaldy Prana Putra menjelaskan penyebab kekeruhan Sungai Amandit. (Sumber foto : Nuha/koranbanjar.net)
Kepala Dispera KPLH HSS, Ronaldy Prana Putra menjelaskan penyebab kekeruhan Sungai Amandit. (Sumber foto : Nuha/koranbanjar.net)

Namun ketika ingin meninjau langsung di lokasi kejadian, Dispera KPLH HSS terkendala oleh jalur yang rusak akibat hujan serta cuaca ekstrem.

Seperti jalur menuju lokasi longsor di Sungai Landuyan, Kecamatan Loksado. Akses sangat jauh dari pemukiman penduduk di wilayah Gunung Landuyan.

Jalur hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki dari pemukiman terakhir sekitar 5 hingga 7 jam perjalanan.

Meski begitu, dalam waktu dekat rencananya Dispera KPLH HSS akan melakukan penanganan segera pada titik longsor yang telah dilaporkan.

“Kita jadwalkan kembali dalam waktu dekat. Insya Allah, Sabtu dan Minggu ini kami mencoba untuk melakukan penanganan pada lokasi yang dimaksud,” jelas Ronaldy. (mj-030/dya)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh