MARTAPURA, KORANBANJAR.NET – KUD Pasar Kayu Tangi yang kini berubah nama menjadi Pasar Rakyat Kayu Tangi ternyata tempo dulu pernah mendapati masa kejayaannya. Namun sekarang pasar itu terlihat sunyi, banyak didapati pertokoan yang masih kosong tanpa empunya, apalagi ramai dipenuhi pengunjung.
Pasar yang berada di Jl Suka Ramai atau disamping Pasar Batuah, Martapura Kota, Kabupaten Banjar, itu diresmikan pada tahun 2015 lalu. Meski sudah ditata begitu rapi, namun ternyata upaya pemerintah untuk meramaikan pasar tersebut diluar ekspektasi.
Abdul Mufdi (64), salah satu pengrajin penggosok intan yang sekarang beralih pekerjaan sebagai pedagang rokok dan minyak di pertigaan Jl Samadi mengaku pernah merasakan ramainya pengunjung yang berdatangan di KUD Pasar Kayu Tangi tempo dulu, bahkan sampai turis manca negara pun pasti mampir di KUD Pasar Kayu Tangi tersebut.
“Dulu Pasar Kayu Tangi itu sangat ramai, ada sekitar ratusan orang yang menggeluti bisnis dagang di sana, mulai dari pengrajin intan, emas, batu, sampai penjual hasil kerajinan kami menajdi satu di sana,” ujarnya kepada koranbanjar.net, Jumat (04/05).
Bangunan Pasar Rakyat Kayu Tangi tersebut, menurutnya mengadopsi struktur bangunan Belanda, dengan konsep pasar satu atap dan berwarna putih, para pedagang ditata sesuai komodity-nya, dan utuk para pedagang yang menjual buah karya mereka dialokasikan di depan.
“Kalau dulu kami ditata sesuai kelompok, jadi yang di depan itu khusus para penjual saja, sebab para wisatawan local bahkan asing akan tertarik melihat dan mampir, kalau para pedagang di posisikan di depan, nah bagi yang penasaran bagaimana poses pembuatannya, barulah mereka masuk untuk melihat-lihat, jadi benar-benar tertata,” ucapnya.
Bahkan pada waktu itu, untuk mencari uang sekitar Rp 10.000 samapi Rp 15.000 itu relative mudah baginya. “Dulu dalam satu hari mencari 10 ribu sampai 15 ribu itu gampang, bahkan untuk 100 ribu pun masih relatif mudah, ditambah sewa tepat berjualan perbulannya sekitar 4 ribu atau 5 ribu,” tuturnya.
Ia pun menilai menurutnya sekarang para pengrajin khusunya penggosok intan seakan sudah mati tergerus zaman, bahkan pertokoan Pasar Rakyat Kayu Tangi kini sangat sepi, dan hanya menjadi pertokoan para penjual baju-baju dan sembako.
PLT Dirut PD Pasar Bauntung Batuah (PDPBB), Kabupaten Banjar, Rusdiansyah, mengatakan pihaknya sudah melakukan berbagai cara, agar para pedagang aktif berjualan di Pasar Rakyat Kayu Tangi tersebut, mengingat PDPBB sudah memberikan ijin 100 persen kepada seluruh pedagang, khusus para komodity pengrajin batu agar aktif berjualan di lokasi pasar tersebut.
“Kita sudah melakukan berbagai cara, baik menyarankan para komodity batu agar beralih ke komodity lain, sebab musim batu tidak buming lagi, tapi mereka kan perlu modal lagi jika harus beralih profesi, bahkan ada juga sebagian pedagangnya yang bertempat di sana, masih mengejar pasaran, sehingga hanya watu-waktu tertentu saja berjualan di Pasar Rakyat Kayu Tangi tersebut, dengan alasan mencari tambahan penghasilan,” jelasnya kepada koranbanjar.net.
Rusdi pun menambahkan, mereka harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya, ditambah jika mereka hanya berjualan di satu tempat akan gulung tikar, mengingat Pasar Rakyat Kayu Tangi tersebut masih sepi pengunjung.
Terkait toko di barisan depan yang sampai saat ini terlihat masih banyak didapati toko yang tutup, dia mengatakan para pedagang yang beralokasi di Pasar Rakyat Kayu Tangi tersebut menginginkan agar fisik bangunan toko dirubah.
“Akan tetapi, mengingat bangunan itu masih belum dihibahkan ke Kebaupaten dan PDPBB, tentu jika melakukan perubahan bangunan tersebut, termasuk melanggar ketentuan yang ada,” tutupnya.(zdn/dra)