Miris, sekolah daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mengakibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya, sehingga hampir 85% murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Meranti Banjarmasin sukar mengerti pelajaran.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Hal ini diungkapkan Kepala Sekolah SDN Gunung Meranti, Hj Salbiah kepada media ini di Kantor Kepala Sekolah SDN Gunung Meranti, Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Mantuil Permai, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalsel.
“Di sini orang tuanya banyak sibuk, jadi kurang memperhatikan pendidikan anak mereka, padahal dalam sekolah jarak jauh sangat penting dibutuhkan peran orang tua,” ujarnya.
Pasalnya, lanjut Hj Salbiah, para orang tua murid di kala pagi kebanyakan bekerja, sehingga anak-anaknya akhirnya tidak mengerjakan tugas, kalau mengerjakan kadang sembarangan.
“Bisa juga sambil main game, karena tidak didampingi atau dibimbing, akibatnya belajarnya tidak karuan,” ungkap dia.
Selain itu sambungnya dengan tidak adanya bimbingan orang tua di rumah, memungkinkan anak malas mengerjakan tugas, apa yang dikerjakan juga tidak dimengerti.
Walau demikian, pihak sekolah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pemahaman terhadap anak murid agar benar-benar dapat mengikuti pelajaran atau tugas dengan mudah.
“Kalau menghadapi murid yang masih belum paham, kami kirimkan video penjelasan tentang pelajaran tersebut, walau demikian hasilnya tetap tidak maksimal, dibanding sekolah tatap muka,” terangnya.
“Jadi anak banyak yang kurang mengerti, karena hanya melihat dari handphone,” imbuhnya.
Dikatakan Salbiah yang mengaku menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN Gunung Meranti sejak tahun 1998 ini, dari 80 jumlah murid keseluruhan, hanya 15 murid yang memahami pelajaran secara daring.
Saat penilaian menjelang kenaikan kelas, kata Salbiah, pihak guru memberikan pelatihan-pelatihan untuk menambah nilai pelajaran murid yang kurang.
Di samping itu faktor pendidikan orang tua juga mempengaruhi, sehingga terdapat orang tua murid yang tidak memahami pelajaran anak mereka.
“Kami berharap mudah-mudahan PPKM ini tidak lagi diperpanjang,” ucapnya penuh harap.
Berdasarkan penjabaran mengenai dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diambil dari sumber berita laman kemendikbud.go id, Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadikbud) mencatat beberapa temuan selama satu tahun pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19.
Temuan atau dampak dari PJJ tersebut, antara lain adalah banyaknya anak didik yang tidak bisa menyerap mata pelajaran dengan baik. Dikarenakan belum terbiasa mengikuti pembelajaran daring menggunakan aplikasi Zoom.
Merujuk pada hasil diskusi dengan beberapa narasumber, kesuksesan PJJ sangat ditentukan dukungan orang tua terhadap anaknya.
Banyak dari siswa yang menggunakan waktu belajar untuk bermalas-malasan dan enggan mengerjakan tugas dari guru.
Ini disebabkan lemahnya pengawasan dari orang tua terhadap anaknya yang harus belajar di tengah kedaruratan.
Selain itu banyak anak didik di daerah terluar dan tertinggal yang tidak punya HP, sinyal untuk mengakses internet juga sulit, kalau pun ada sinyal putus nyambung.
Bukan hanya itu, hubungan batin antara anak didik dengan guru menjadi dingin karena mereka tidak pernah saling sapa dan bertatap muka selama satu tahun.
Angka putus sekolah (APS) juga terjadi sebagai dampak pembelajaran jarak PJJ akibat pemberlakuan PPKM saat pandemi Covid-19 terjadi.(yon/sir)