Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Banjarbaru

Menjadi Petani Cabe di Tengah Pandemi, Warga Cempaka Mengaku Kebutuhan Rumah Tangga Teratasi

Avatar
381
×

Menjadi Petani Cabe di Tengah Pandemi, Warga Cempaka Mengaku Kebutuhan Rumah Tangga Teratasi

Sebarkan artikel ini
Warga Cempaka Banjarbaru, bahagia menjadi petani cabe, menambah ekonomi keluarga.(koranbanjar.net)
Warga Cempaka Banjarbaru, bahagia menjadi petani cabe, menambah ekonomi keluarga.(koranbanjar.net)

Menjadi seorang petani cabe di tengah pandemi Covid – 19 melanda, warga Cempaka Banjarbaru mengaku ekonomi meningkat, kebutuhan rumah tangga teratasi.

BANJARBARU, koranbanjar.net – Petani cabe, Risnawati saat diwawancarai di perkebunan cabe di Jalan SMA 3 Cempaka Banjarbaru mengungkapkan, semenjak menjadi petani cabe, ekonomi keluarganya sangat terbantu.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

“Alhamdulillah sangat membantu ekonomi keluarga di tengah pandemi, apalagi barang – barang kebutuhan pokok saat ini serba mahal,”  ungkapnya Risnawati yang mengaku sudah 2 tahun menjadi petani cabe.

Selain membantu pendapatan penghasilan suami, katanya juga dapat memenuhi biaya sekolah anak-anak dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Disampaikan Risnawati, sebagai buruh tani kebun cabe,  tugas yang dilakukan setiap hari di tempat ia bekerja antara lain, dari memupuk, pasang molsa, menyemai, menanam bibit hingga panen.

“Upah kami ambil harian, satu harinya 70 ribu, bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore, alhamdulilah tercukupi,”  tuturnya.

Sebelum menjadi petani cabe, Risnawati bekerja menjadi tukang jahit pakaian, namun upahnya sangat minim, 15 hari cuma Rp200 ribu, sedangkan menjadi seorang petani kebun cabe, upahnya sangat berbeda jauh 3 kali lipat lebih dari upah menjahit.

“Kami minta upahnya memang harian, sebab kebutuhan rumah tangga kan setiap hari, ” ucap Risnawati yang memiliki dua anak yang masih sekolah.

Petani  lainnya, Ahmad tidak jauh berbeda dengan apa yang dituturkan Risnawati, hanya saja masa bekerja Ahmad lebih dini ketimbang Risnawati, yakni satu tahun setengah.

Ahmad yang tugasnya menyemprot juga memasang molsa (menutup tanah menggunakan pelastik) juga dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore.

“Alhamdulilah cukup saja buat membiayai keluarga, dan rasanya belum mau berpindah kerja untuk saat ini,” kata Ahmad yang dulunya bekerja sebagai buruh pendulang emas, namun upanya tidak menentu ini.

“Kalau disini (sebagai petani kebun cabe), hasilnya pasti dan tetap,” sambungnya.

Risnawati dan Ahmad berharap, agar pemerintah memperhatikan para petani kebun holtikura ini supaya bagaimana nasib petani betul-betul sejahtera.

“Kalau cukup iya, tapi belum sejahtera, kami sangat mengharapkan dorongan pemerimtah daerah meningkatkan kehidupan ekonomi kami sebagai seorang petani,” harapnya.(yon/sir)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh