Pengrajin makanan khas Banjar yang berbahan dasar buah jengkol di Desa Pingaran, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalsel, betul-betul memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, bahkan bisa dijadikan seperti “Kampung Jengkol”. Karena dari 1 RT terdapat 20 pengrajin.
Denny Setiawan, Astambul
Suryani adalah satu dari sekian banyak pengrajin pengolah makanan khas Banjar, jengkol di Desa Pingaran, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar. Karena rata-rata penduduk setempat berprofesi sebagai pengrajin jengkol, selain petani.
“Di sini, khususnya di RT 4 ada sebanyak 20 pengrajin. Begitu pula di RT 5 dan 6, jadi lumayan banyak yang menjadi pengolah makanan jengkol ini,” ungkap Suryani kepada koranbanjar.net, belum lama tadi.
Dia juga menambahkan, selain mengolah makanan khas Banjar, jengkol, ia bersama penduduk lainnya juga mengolah makanan petah dan cendol. Akan tetapi yang dominan memang mengolah jengkol.
Disinggung tentang pemasaran makanan jengkol tersebut, Suryani mengatakan, sementara ini dia dan warga setempat hanya menjual ke pasar tradisional secara konvensional, seperti di pinggiran jalan maupun pasar di Astambul.
Adapun mengenai modal usaha dalam pengolahan makanan khas Banjar ini, Suryani menjelaskan, pembuatan membutuhkan modal usaha sekitar Rp1 juta dengan jumlah buah jengkol sebanyak 30 kilogram.
BACA JUGA
“Jaring (jengkol, red) yang sudah diolah bisa dijual seharga Rp110 ribu per kilogram. Sedangkan modalnya Rp100 ribu. Jadi kalau modal Rp1 juta itu bisa menghasilkan untung sebesar Rp100.000,” ungkapnya.(*)