Masriah, korban dugaan tindakan malpraktek persalinan bayi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin hingga saat ini mengalami trauma sangat mendalam bahkan kadang menangis apabila ingat peristiwa tragis yang merenggut nyawa bayi yang dikandungnya dan sempat viral beberapa Minggu lalu.
BANJARMASIN, koranbanjar.net –
Dalam wawancaranya kepada media ini, Selasa (28/5/2024) di rumahnya Jalan Keramat Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin, Masriah yang didampingi kedua orang tuanya mengaku sangat terpukul dan terguncang batinnya setelah mengalami peristiwa putusnya kepala bayi di dalam kandungannya akibat dugaan malpraktek oleh para dokter dan perawat bagian persalinan bayi di RSUD Ulin Banjarmasin.
“Ulun (saya) benar- benar trauma dan sangat terguncang batin ulun, sakit benar seakan tidak rela anak ulun meninggal dengan cara seperti itu, kalau teringat ulun dan suami pasti menangis, sakit benar pokoknya batin ini,” tutur Masriah sembari terlihat matanya berkaca-kaca.
Sambung Masriah, dirinya dan suami sangat berharap bayi itu lahir dengan normal dan kebetulan jenis kelaminnya laki-laki sedangkan anak Masriah yang sudah ada jenis kelaminnya adalah perempuan.
Harapan Masriah dan suaminya sangat besar yakni anak ini lahir dengan normal apalagi laki-laki. Dirinya sangat bahagia bakal membuat ramai di dalam rumah yang didiaminya bersama suami yang diketahui bernama Husin.
“Namun tanpa disangka diluar dugaan, anak kami lahir dalam keadaan tak bernyawa dengan kondisi yang sangat memilukan, kepalanya tidak ada tertinggal di dalam rahim ulun,” ceritanya sembari menitikkan air mata.
Untuk itu dirinya sangat berharap kepada aparat penegak hukum agar memproses kasus yang dialaminya ini benar-benar adil dan harus ada tersangkanya.
“Kami serahkan dan percayakan kepada pihak Polresta Banjarmasin untuk memproses kasus yang menimpa ulun ini,” ucapnya.
Seakan tidak terima, Masriah mengatakan anaknya meninggal dengan tragis saat ditangani para dokter dan perawat di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel itu.
“Kepalanya putus mas, bagaimana rasanya pian (kamu) sebagai orang tua kalau melihat anak pian lahir meninggal tanpa kepala sementara pian mengejan sekuat tenaga antara hidup dan mati. Ulun pikir tadi lahir hidup walau fisiknya ada kekurangan, tidak mengapa namun ini sudah meninggal tanpa kepala lagi,” beber Masriah.
“Pokoknya kami minta lanjutkan aja proses hukumnya dan supaya ada tersangka,” sambungnya.
Menganai nanti ada itikad baik damai atau apa segalanya dari pihak rumah sakit, Masriah mengatakan itu urusan pengacara.
“Silahkan hubungi pengacara kami kalau soal damai atau itikad baik apapun. Yang jelas proses hukumnya jalankan terus aja,” pintanya.
Ditambahkan Asmah, ibu kandung Masriah. Dirinya meminta kepada pihak RSUD Ulin Banjarmasin khususnya bagian persalinan bayi, agar menangani persalinan bayi harus benar-benar dokter ahli bukan yang masih praktek.
“Cukup anak saya jadi korban, jangan ada lagi pasien yang mau melahirkan ditangani oleh dokter praktek harus didampingi dokter ahli,” sarannya.
Disamping itu melayani harus dengan ramah, tidak seperti perlakuannya kepada anaknya tempo hari kasar dan seperti tidak memiliki adab.
“Menyuruh pasien seperti anak saya kemarin kasar, tidak beradab dan tak berperasaan. Orang dalam keadaan masih sakit langsung disuruh pulang, cuman satu hari diinapkan,” ungkapnya.
Menurutnya RSUD Ulin Banjarmasin harus benar-bener berbenah untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
“Sekali lagi tolong dicatat ini, cukup yang jadi korban dugaan malpraktek adalah anak saya jangan ada lagi korban lain,” tandasnya.
(yon/rth)