MARTAPURA, koranbanjar.net – Keluarga besar Tuan Guru KH. M.Djazouly Seman atau biasa dikenal Abah Anang kembali akan menyelenggarakan haul (memperingati) wafatnya yang ke 8 pada malam ini, Sabtu, 3 Agustus 2019 (2 Dzulhijjah 1440 Hijriah) pukul 19.30 wita di Komplek Pangeran Antasari (Kubah) Kota Martapura, Kabupaten Banjar. Berbagai persiapan pun sudah mulai dilaksanakan sejak beberapa hari sebelumnya, mulai memperbaharui kubah, melakukan pemasangan tenda untuk para jamaah yang akan berhadir serta mempersiapkan konsumsi.
Pantauan koranbanjar.net, sejak beberapa hari sebelumnya warga Komplek Pangeran Antasari sudah melakukan berbagai persiapan. Kubah ulama kharismatik ini kembali diperbaharui, seperti dicat lagi, kemudian lingkungan kubah dibersihkan. Tenda-tenda juga sudah mulai dipasang di sepanjang jalan Komplek Pangeran Antasari, tepatnya di depan kubah, sedangkan dapur untuk konsumsi juga sudah mulai dipersiapkan di rumah warga yang tak jauh dari lokasi kubah. Tak hanya itu, panitia penyelenggara, termasuk keluarga besar Abah Anang juga sudah menyebarkan undangan jauh di hari sebelumnya ke seluruh kolega, termasuk para pejabat daerah.
Abah Anang Djazouly Seman dilahirkan di Martapura pada 8 Desember 1938, kemudian wafat pada 14 Oktober 2011 di usia ke 74 tahun. Dia salah seorang ulama Banjar asal Martapura yang memiliki nama asli Muhammad Fadhil Camali bin KH M Seman bin H Abdul Kholil. Abah Anang merupakan putera Tuan Guru KH. Seman Kadir dan cucu keturunan ke-5 ulama basar Kalimantan Selatan Syeikh Muhammad Arsad Al Banjari atau Datu Kelampayan (Pengarang Kitab Sabillal Muhtadin). Selain dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik asal Martapura, dia juga adalah mufti Kesultanan Banjar.
Abah Anang wafat pada hari Jumat, 14 Oktober 2011 di RSUD Ulin, Banjarmasin pada pukul 10.15 WITA, kemudian dimakamkan di dekat rumahnya di Martapura pada pukul 16.10 wita yang diringi puluhan ribu orang.
Adapun yang menarik pada diri Abah Anang semasa hidup, dikutip dari http://azmirza.heck.in/, tanda tanda kemampuan beliau di bidang agama, telah ditunjukannya sejak usia sangat dini. Ketika beliau sedang dalam pangkuan ibunda tercintanya yang sedang menyusui beliau, ketika itu baru berusia 2 tahun, di sampingnya terdapat kakak beliau sedang mengaji atau membaca Kitab Suci Alquran. Tiba tiba beliau berucap membenarkan bacaan Alqur’an yang sedang dibaca kakandanya.
Dalam bergurua agama Abah Anang tidak saja berlajar dengan ulama di Batavia, tetapi juga banyak belajar dari para habaib di Indonesia, di antaranya H. Abdul Kadir, H. Ismail Khatib termasuk habib. Muhammad bin Ali Al Habsyi yang juga merupakan orangtua dan sahabat karib beliau, yaitu Habib Abdul Rahman Al Habsyi. Semasa hidup, Abah Anang memiliki sifat yang sangat ramah, pemurah dan tak pernah menolak orang datang bertamu ke kediamannya. Mulai dari rakyat biasa hingga pejabat penting setingkat nasional. Bahkan tidak sedikit tokoh-tokoh nasional yang sempat menjumpainya di Komplek Pangeran Antasari Martapura. Tak mengherankan, setiap hari kediamannya tak pernah sepi dari orang-orang yang ingin bertamu dengan berbagai keperluan, mulai dari hanya sekadar minta nasihat, minta doa hingga konsultasi berbagai persoalan.(sir)