Proyek pembangunan area landing paralayang dan gantole, yang memakan anggaran daerah senilai Rp 5 miliar lebih, disebut warga Desa Sarangtiung, Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kotabaru akan terbangun sia-sia.
KOTABARU, koranbanjar.net – Salah seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya itu menyebutkan, proyek bangunan landing paralayang di Desanya itu, terkesan dipaksakan dan dikerjakan tanpa mengedepankan kaidah mutu kualitas serta kuantitas.
“Saya yakini brondongnya ini tidak bertahan lama, sebab di sini kan gelombang lepas, sementara batu yang di pasang ukurannya kecil. Ya memang saat ini batu masih bisa nempel karena masih ada tanah jadi kalau tanah sudah bersih habis pondasinya,” tuturnya kepada Wartawan, Rabu (21/12/2022).
Bahkan warga tersebut juga mengatakan, Bronjong atau gabion untuk penahan ombak diisi batu juga dinilai tidak pada mestinya, terlebih proyek tersebut merupakan proyek besar yang bersumber dari masyarakat, ditakutkan akan menjadi produk gagal.
“Proyeknya sebenarnya bagus, tapi pembangunannya yang mengkhawatirkan, salah satunya seperti bronjongnya, kalau kita mau mengambil contoh seperti pembangunan di perusahan Arutmin itu batunya besar, ya minimal batu pondasi yang tidak gampang pecah, kalau batu yang ini gampang pecah,” katanya.
Sementara itu, dikonfirmasi kepada Ronal, Kepala Bidang Destinasi Wisata, Disparpora Kotabaru, selaku pejabat pembuat Komitmen dan pengguna anggaran mengatakan, kalau batu dan bronjong sudah sesuai dengan Rencana Anggaran Belanja (RAB).
“Bagaimana bisa kalau itu tidak sesuai, jadi kalau itu di lapangan saya pengen tau siapa yang ngomong itu gak sesuai. Karena dari pengawasan itu sudah sesuai RAB,” tandas Ronal.
Senada dengan Ronal, pihak penanggung jawab pekerja di lapangan dari PT Domas Khairul Sani mengatakan, yang menilai pembangunan tersebut tidak sesuai, bukan orang yang melihat namun orang yang mengerti tekhnis.
“Kalau yang berhak menilai kan orang yang mengerti teknis terkait sesuai atau tidak sesuai spek dan itu kan bahasa teknis, nah sekarang ini kan kami masih bekerja kedepannya ada saja nanti perhitungannya,” ujar Sani.
Ia juga menambahkan, terkait bangunan yang menurut warga setempat menyebutkan bangunan itu tidak akan tahan terkena ombak, pihaknya mengaku jika bangunan tersebut tidak akan tahan, pihaknya pun mengaku tidak akan berani membangun landing tersebut.
“Kalau memang itu tidak akan tahan kena ombak kami pun kira-kira tidak akan berani mengerjakan, dan secara teknisnya bangunan tersebut sudah sesuai spesifikasi, dan nantinya bangunan tersebut juga akan ditahan dengan Bronjong,” ucapnya.
Kedepannya, untuk sementara memang bangunan area landing paralayang tersebut ditahan dengan Bronjong saja, nanti mungkin bisa saja dibangunkan seperti siring penahan ombak.
“Untuk sementara kita Bronjong saja, yang penting landing ini tidak tenggelam air lagi, untuk lebarnya itu dari jalan 150 kali 100, dan tinggi dari dasar laut ke atas 1,5 meter,” tandasnya.