Oleh: H Pangeran Khairul Saleh
Caleg DPR RI Dapil Kalsel 1, Nomor urut 1
Puncak Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38 tahun ini begitu istimewa bagi saya. Bukan semata karena temanya: “Our Actions are Our Future, A Zero Hunger World by 2030 is Possible”. Melainkan karena lokasi perayaannya dilaksanakan di Kalimantan Selatan. Tepatnya di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, mulai besok, 18-21 Oktober 2018.
Kota Marabahan yang menjadi ibukota Barito Kuala sekarang merupakan kota tua yang bersejarah. Bisa dilihat dari beberapa tulisan sejarawan maupun dari antropolog. Letaknya yang strategis karena berada di simpang tiga Sungai Barito menghubungkan ke hulu Barito, Banjarmasin dan Margasari, pernah menjadi lokasi perdagangan internasional di masa kerajaan Banjar.
Ramai diperjualbelikan produk dari tanah Siang dan Murung melalui perdagangan sungai dengan berjejernya ratusan perahu dan rakit raksasa. Produk hasil bumi terutama lada dan hasil bumi lainnya seperti bahan pangan menjadi daya tarik orang asing datang ke pelabuhan ini. Menurut catatan sejarah, berpuluh-puluh perahu setiap tahunnya berdatangan dari Tiongkok. Mereka memborong hasil bumi, membelinya dengan sistem barter yang ditukar dengan barang pecah belah.
Marabahan pernah menjadi kota besar sebelum kerajaan Banjar di Kuin. Baru setelah Pangeran Samudera atau Pangeran Suriansyah menjadi raja, perdagangan di Marabahan dialihkan ke Banjarmasin.
Tahun ini pamornya kembali terangkat seiring kedatangan rombongan rombongan tamu dari berbagai daerah di Indonesia bahkan negara tetangga yang datang untuk menghadiri hari pangan sedunia yang dipusatkan di Barito Kuala. Batola terpilih sebagai tempat peringatan HPS karena kondisi daerahnya dinilai sesuai dengan tema penyelenggaraan HPS tahun 2018 yaitu mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa untuk memproduksi hasil pertanian.
Bicara mengenai pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), saya tertarik dengan pernyataan mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Ir HM Rasmadi, MS. Menurutnya pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian diperkirakan telah dilakukan sejak zaman kerajaan. Sistem yang dikembangkan waktu itu untuk membuka lahan rawa menjadi lahan pertanian adalah dengan sistem Anjir dan Handil.
Anjir adalah saluran yang menghubungkan dua buah sungai besar, yang kemudian daerah kiri dan kanannya dibuka menjadi areal pertanian. Sedangkan Handil mirip seperti kanal kecil yang dibangun untuk memotong tegak lurus sungai atau anjir sejauh 1-2 kilometer. Sama seperti fungsi anjir, di sebelah kiri dan kanan handil pun dikembangkan menjadi lahan pertanian.
Dan ketahuilah, salah satu saluran pengairan pertanian tempo dulu yang masih bisa kita saksikan dan manfaatkan sampai saat ini adalah Sungai Tuan yang dibangun oleh Mufti Kesultanan Banjar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710-1812). Seorang ulama fiqih madzhab Syafi’i pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang berasal dari kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan Banjar).
Tokoh yang tidak hanya mengerti secara mendalam soal agama dan ibadah, tetapi juga masalah agraris, pertanian yang selaras dengan alam dan ajaran Islam sebagai agama yang dianutnya. Mengelola sumber daya yang ada, lahan yang sebagian besar terdiri dari rawa, menjadi lahan yang subur dan produktif.
“Our Actions are Our Future, A Zero Hunger World by 2030 is Possible” yang menjadi tema hari pangan sedunia. Maupun “mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa untuk memproduksi hasil pertanian” yang menjadi tema saat ini, bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan. Asalkan kita mau sedikit berendah hati, dan menerima serta melaksanakan kearifan lokal orang-orang terdahulu. Mengembangkan sistem pertanian yang berselaras dengan alam.
Tak perlu menunggu hingga belasan tahun untuk mewujudkan dunia tanpa kelaparan di tahun 2030. Sekarang saja, berkat perjuangan nenek moyang kita yang telah membangun Handil Handil dan anjir anjir, Kalimantan Selatan Alhamdulillah kita tidak pernah merasakan kelaparan seperti yang dirasakan warga dunia lainnya di negara-negara Afrika; Ethiopia, Komoro, Burundi, Eritrea, maupun Zambia.
Tugas kita sekarang cukup mempertahankan dan mengembangkan sesuatu yang telah diwariskan generasi terdahulu. Menggunakannya secara bijak sampai pada saatnya nanti kita wariskan kembali untuk anak cucu kita kelak. Selamat hari pangan sedunia.(*)