Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
BanjarReligi

Kumpulan Karomah Syekh Muhammad Nur Takisung, Tahu Ajal akan Tiba, Siapkan Lokasi Kubur di Halaman Rumah (Bagian 1)

2073
×

Kumpulan Karomah Syekh Muhammad Nur Takisung, Tahu Ajal akan Tiba, Siapkan Lokasi Kubur di Halaman Rumah (Bagian 1)

Sebarkan artikel ini

TAKISUNG – Syekh Muhammad Nur Taksiung bin Ibrahim Khaurani merupakan satu-satunya Syekh Mursyid yang menggabung 3 thoriqat sekaligus, yakni Thoriqat Nuqsabandiyah Sadzaliyah Qodariyah di Kalimantan Selatan, bahkan mungkin di Indonesia.

Syekh Muhammad Nur Takisung terakhir bermukim dan dimakamkan di Desa Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Pencapaiannya dalam memperoleh kedudukan (makom) sebagai Syekh Mursyid Thoriqat Nuqsabandiyah Sadzaliyah Qodariyah bukanlah gampang. Dia langsung mendapat bimbingan dari orangtuanya, yakni Syekh Ibrahim Khaurani.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Dalam silsilah yang pernah disampaikan oleh salah seorang putranya, yakni Al Hajj Abul Hamim, Syekh Muhammad Nur Takisung merupakan anak dari Syekh Ibrahim Khaurani. Kemudian Syekh Ibrahim Khaurani anak dari Syekh Muhammad Amin, selanjutnya Syekh Muhammad Amin (Pengarang Kitab Bayanullah atau Kenyataan Allah) merupakan anak dari Syekh Abdullah Khatib. Berikutnya, Syekh Abdullah Khatib adalah anak dari Syekh Abul Hamim yang bermakam di Gorontalo. Sedangkan Syekh Abul Hamim adalah putra Syekh Abdul Hamid Abulung yang bermakam di Desa Sungai Batang, Kabupaten Banjar.

Syekh Muhammad Nur Takisung dikenal sebagai Syekh Mursyid Ahli Dzikir, dia mengajarkan sekaligus membimbing murid-muridnya untuk senantiasa mengingat Allah Swt melalui dzikir.

Menurut salah seorang murid Syekh Muhammad Nur Takisung, bimbingan yang diberikan Syekh Muhammad Nur terbilang sangat keras. Salah satu contohnya, Syekh Muhammad Nur Takisung pernah membawakan kacang hijau sebanyak 1 bakul kepada muridnya. Kemudian muridnya diminta membacakan lafadz “Laa ilaa ha illallah” sebanyak kacang hijau yang terdapat dalam bakul secara perlahan dengan hitungan biji per biji.

“Dan membacakan dzikir dengan kacang hijau itu tidak boleh dilakukan dengan cepat. Misalnya, baca…Laa ila ha illallah…., setelah selesai satu kali baca, baru boleh ngambil sebiji lagi kacang hijaunya, baca lagi ..Laa ila ha illallah…, bayangkan kacang hijaunya sebanyak satu bakul,” ungkap murid Syekh Muhammad Nur Takisung kepada koranbanjar.net.

Tidak heran, kekerasannya dalam membimbing murid untuk senantiasa berdzikir, kini “buahnya” banyak dirasakan oleh para muridnya yang tersebar di seluruh penjuru daerah, baik di Kalimantan Selatan maupun Kalimantan secara umumnya.

Sementara itu, ada salah satu kisah menarik dari sosok Syekh Muhammad Nur Takisung dari seorang muridnya yang kini juga sudah tiada, yakni KH Anang Sya’rani dari Tanjung Rema, Gang Baru, Kecamatan Martapura.

Menurut KH Anang Sya’rani sewaktu masih hidup, Syekh Muhammad Nur telah mengetahui ajalnya akan tiba sebelum waktunya. Baik hari, tanggal, bahkan waktu tepatnya akan wafat.

“Beberapa hari sebelum wafat, Guru Muhammad Nur sudah membersihkan halaman rumahnya, kemudian memberikan tanda atau ciri lokasi kubur tempat dia harus dimakamkan. Saat itu, dia memberikan ciri, bahwa harus dikubur di antara dua pohon yang terdapat di halaman rumahnya,” ujar KH Anang Sya’rani.

Setelah memberitahukan lokasi atau tempat kuburnya, kemudian Syekh Muhammad Nur juga memberikan isyarat dan memintanya datang ke Takisung pada hari, tanggal dan jam yang ditentukan. “Nah, pada waktu yang diberitahukan itulah, beliau wafat. Bahkan tidak meleset sedikit pun waktunya dari waktu yang beliau sebutkan sebelumnya,” kenang KH Anang Sya’rani.

Sekedar diketahui, Haul ke 25 Syekh Mursyid Thoriqat Nuqsabandiyah Sadzaliyah Qodariyah, KH Muhammad Nur bin Syekh Ibrahim Khaurani, pada Sabtu esok (malam Minggu), 10 Februari 2018 atau 24 Jumadil Awal 1439 Hijriah di Kediaman dan Kubah Takisung. Kegiatan haul dimulai saat Sholat Magrib hingga setelah waktu Sholat Isya.(bersambung/sir)