BERAWAL dari hanya sekadar bekerja dan tidak mengenal satu sama lain, namun demi menyatukan para penunggu burung besi atau pesawat di Bandara Syamsudin Noor, maka dibuatlah komunitas bernama Gabungan Anak Bandara, yang kemudian disingkat jadi Gabara.
Laporan Jurnalis Koranbanjar.net, YULIANDRI KUSUMA W, Banjarbaru
Komunitas Gabara dibentuk pada 19 Februari 2017. Umumnya anggota Gabara memiliki hobi naik gunung. Wajar saja, karena Komunitas Gabara dibentuk untuk menyatukan para karyawan Bandara Syamsudin Noor yang memang suka jalan-jalan dan naik gunung.
“Namun jika dikatakan sebagai pecinta alam rasanya belum sanggup karena belum maksimal,” ujar Ketua Gabara, Dahlan, kepada koranbanjar.net.
Dahlan merasa lebih cocok Gabara disebut sebagai komunitas penggiat alam. Aktivitas mereka biasanya tak jauh dari mendaki bukit, gunung dan kegiatan bakti sosial.
Dia menceritakan sudah banyak bukit di Kalsel maupun gunung di Indonesia yang telah mereka daki. Menurutnya, dengan naik gunung bersama anggota Gabara akan ada banyak hal baik dan pengalaman yang bisa didapat.
Dirinya menganggap hal itu dapat memperkuat tali silaturahmi antar karyawan bandara, khususnya anggota Gabara.
“Yang tadinya tidak kenal karena berbeda perusahaan, hanya bisa saling senyum, lalu setelah bersama di komunitas ini kami bisa saling berjabat tangan dan akrab,” ungkapnya.
Penasihat Komunitas Gabara, Gilang, menuturkan pengalamannya naik gunung yang paling berkesan bersama Gabara adalah saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu.
“Di saat pendakian ke Gunung Rinjani itu saya benar-benar merasakan momen kebersamaan dan kerja sama tim yang luar biasa,” tuturnya.
Terlebih, dikisahkannya, saat summit attack atau menuju puncak Rinjani. Mereka benar-benar harus saling menyemangati dan mendukung satu sama lain agar bisa sampai bersama di puncak.
”Waktu itu teman-teman banyak yang sudah down, tapi Alhamdulillah kita bisa melewatinya dan sampai di puncak dengan selamat,” katanya.
Rasa lelah dan hampir putus asa pun terbayarkan saat mereka berada di puncak Rinjani. “Waktu pendakian tergantung gunung yang kami naiki, biasanya antara tiga sampai lima hari,” ucapnya.
Selain mendaki gunung ke luar daerah, Komunitas Gabara juga sering camping di bukit maupun di pegunungan yang ada di Kalsel pada akhir pekan. “Intinya hanya ingin menjaga silaturahmi dan melakukan kegiatan positif. Harapannya bisa menjadi contoh untuk generasi muda,” pungkasnya. (ykw/dny)