BARABAI, KORANBANJAR.NET – Membuka warung malam atau warung remang-ramang menjadi alternatif bagi perempuan untuk mengatasi himpitan ekonomi. Warung malam ini sering diberi label “warung jablay” sementara penjaganya disebut “binian (perempuan) jablay”. Ada beberapa alasan para wanita malam ini rela dijuluki jablay, salah satunya faktor ekonomi.
Seperti salah satu penjaga warung malam di wilayah Hulu Sungai Tengah (HST) yang berhasil diwawancarai koranbanjar.net.
Bunga (nama samaran) mengaku berinisiatif membuka warung malam setelah bercerai dengan suaminya 2 tahun silam.
“Karena suami meninggalkan saya, tidak ada jalan lain untuk memenuhi kehidupan termasuk anak saya. Dari situ lah mulai membuka warung,” ujar Bunga.
Usai perceraiannya dengan suami ia mengaku merasa frustasi. “Jujur waktu awal bercerai saya merasa frustasi. , tapi alhamdulillah tidak terjerumus ke jalan yang salah,” ungkap dia.
Janda yang suka mengucapkan kata alhamdulillah ini merasa masih senang dengan status jandanya.
“Alhamdulillah sekarang saya lebih senang sendiri menjalani hudup, sebab tidak ada yang melarang lagi. Dan alhamdulillah juga bisa membiayai anak saya,” ucapnya dengan lirih.
Saat ditanya seandainya warung malam di HST ini ditutup semua dia menjawab tidak mengapa asal disediakan pekerjaan yang layak.
“Silahkan tutup, tapi carikan kami pekerjaan yang layak,” jawabnya.
Cuma dari warung ini, lanjutnya, kami bisa menghasilkan rupiah untuk kehidupan sehari-hari, termasuk untuk biaya anak.
“Kami ini masih mending cuma warung malam biasa, coba di sana lihat, banyak warung yang menyediakan jasa plus-plus nya,” tandasnya.(ami/dra)