Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Kriminal & Peristiwa

Kisah Pengrajin Kembang di Desa Labuan Tabu, per Gelas Dapat Dijual Rp20 Ribu

Avatar
381
×

Kisah Pengrajin Kembang di Desa Labuan Tabu, per Gelas Dapat Dijual Rp20 Ribu

Sebarkan artikel ini

MARTAPURA – Di Kota Martapura, khususnya di Desa Bincau Muara, Kecamatan Martapura,  sejak tahun 70 dikenal sebagai penghasil kembang melati dan kembang kenanga dam beberapa kembang lainnya.

Sebelumnya desa ini dikenal dengan pohon karet, namun tahun 70 an mereka mulai beralih profesi sebagai pekebun dan perangkai kembang melati, profesi ini berlangsung turun temurun.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Namun sekarang kebun kembang melati, kenanga dan yang lainnya sudah jarang didapati didesa Bincau Muara. Sekarang kebun kembang melati dan kenanga ini banyak dijumpai di Desa Labuan Tabu dan Jingah Habang.

Hal ini juga dibenarkan Sekdes Bincau Muara Supiani saat ditemui tim koranbanjar.net, (02/02).

Salah satu penyebabnya ialah penyempitan lahan, karena meningkatnya jumlah penduduk, ditambah usia produktifitas pohon kembang melati yang sudah kurang atau mencapai batas usianya dan harus ditebang.

Walaupun tetap masih bisa dilakukan pemupukan terus menerus hasilnya juga tak seperti sebelumnya karena faktor produkfitasnya yang sudah habis.

“Sekarang pohon kembang melati di sini sudah tua, kada produktif lagi lawan kada bisa dipermuda lagi, jadi kembang melati, kenanga dan yang lainnya mulai berkembang di desa Labuan Tabu dan Jingah Habang ditambah lahan di sini sudah kritis,”pungkasnya.

Nanum walaupun demikian pekebun dan perangkai kembang melati tetap ada di Bincau Muara, tapi tidak banyak seperti dulu.

Lain lagi ceritanya dengan ibu rumah tangga yang berusia 31 tahun ini yang akrab disapa Mimil. Dia mulai menggeluti profesi sebagai perangkai kembang ini sejak masih duduk dibangku sekolah dasar sekitar tahun 90 an.

Mimil mengungkapkan awal mulanya penduduk hanya pekebun kembang, untuk meningkatkan keterampilan dan menaikkan penghasilan, kemudian para penduduk mulai belajar dari orang Banjarmasin merangkai kembang agar harga jual bisa lebih baik lagi dibandingkan hanya dengan menjual kembang pergelas hanya Rp20.000.

“Awalnya orang sini belajar dari orang Banjar jua pang, orang Bincau belajar ke Banjarmasin, kalau kami mulai kekanakan sudah belajar atau dilajari, jadi mulai lagi kenanakan bisa-an sudah,” tuturnya.

Sebelum membuka bisnis perangkai kembang, Mimil sempat juga ikut orang lain selama kurang lebih 10 tahun, dan mulai membuka bisnis sekitar 7 tahun.

Sekarang Mimil sudah memiliki pelanggan yang selalu memesan, apa lagi saat bulan Maulid atau Rabiul Awal  dan Djulhijjah. “Biasanya urang memesan gasan acara mandi-mandi, pengantin, payung kembang, hataman Alqur’an, maulidan, lawan gasan ziarah, ” ujarnya.

Merangkai kembang ini tidak semuanya mudah, meskipun dibantu dengan 5 karyawan. Mimil mengakui pengerjaannya yang paling sulit untuk pesanan kembang mandi-mandi pengantin, karena perangkain kembang harus dijalin sampai menjadi baju dari kembang.

Jenis kembang pengantin yang mereka rangkaipun bukan hanya untuk adat pengantin Banjar, tetapi adat derah lain, antara lian Sunda dan Jawa. Dan untuk harga pun bervariasi.

“Untuk tarifnya satu setnya bisa mencapai harga dari 150.000 sampai 200.000 hingga 300.00 tapi itupun tergantung harga jual kembang,”pungkasnya.

Mimil menambahkan bahwa untuk pemesanan, mereka biasanya menghubungi Mimil melalui via telepon atau WA di085752441971.(zdn/sen)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh